Selasa, 08 Juni 2010

Pengendalian Hayati

PENDAHULUAN

Latar Belakang


Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah, hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Kita mengetahui bahwa nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak serta nilai energi yang terkandung di dalamnya tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Badan yang sehat akan lebih mampu menyelesaikan tugas dengan baik, terutama pekerjaan yang menggunakan tenaga badan (AAK, 1990)
Dewasa ini padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok dari setengah penduduk dunia. Luas aeralnya sekitar seratus 100 juta hektar, dan lebih dari 90 % - nya terdapat di Asia Selatan, Timur dan Tenggara. Produksi totalnya sedikit dibawah gandum. Padi sudah lama diusahakan di Indonesia, khususnya di Jawa. Penaman padi disini telah dimulai sebelum datangya orang Hindu. Oleh karena itu nama – nama dan istilah – istilah yang dipakai dalam budidaya padi tidak ada yang berasal dari bahasa Sansekerta (Semangun, 2000)
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebakan oleh cendawan, bakteri fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran jika pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman seperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta hama lainnya (Wiyono, 2007)
Penyakit kresek atau BLB (bacterial leaf blight) pada padi yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv oryzae menjadi penyakit terpenting dalam tiga tahun terakhir. Sepuluh tahun yang lalu penyakit ini tidak pernah dianggap sebagai penyakit penting sehingga penelitian terhadap penyakit ini menjadi kurang. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 30 OC. Karena penularan utamanya melalui percikan air, hujan angin akan memperberat penyakit karena apabila terjadi peningkatan suhu rata – rata akan mendorong perkembangan penyakit ini. Webb dalam Garred et al, (2006) menyatakan bahwa gen ketahanan padi terhadap Xanthomonas campestris pv oryzae terekspresi lebih baik pada suhu yang meningkat (Wiyono, 2007)
Serangan penyakit pada tanaman pangan seperti hawar daun bakteri (HDB) pada padi sawah dapat menyebabkan penurunan hasil sangat bervariasi berkisar antara 20 – 30 %, bergantung pada varietas yang ditanam dan pada musim tanaman. Selama periode 1996 – 2002, hawar daun bakteri merupakan penyakit penting padi di Indonesia. Luas penularan hawar daun bakteri dilaporkan mencapai 28.766 hektar dengan puncak kejadian terjadi pada musim hujan. Dalam kurun waktu tersebut penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) menimbulkan kerusakan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini terkait dengan meluasnya areal pertanaman varietas unggul yang rentan terhadap penyakit HDB. Sebagai contoh varietas unggul IR64 yang dilaporkan tahan hama wereng akan tetapi rentan terhadap hawar daun bakteri ( Suryadi dkk, 2006).
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui efektifitas bakteri Corynebacterium dengan konsentrasi yang berbeda untuk menekan pertumbuhan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan
2. Untuk mengetahui varietas padi yang tahan terhadap penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan
3. Untuk mengetahui efektifitas Corynebacterium dengan konsentrasi berbeda untuk menekan pertumbuhan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae dengan varietas yang berbeda
Hipotesa Penelitian
1. Corynebacterium dengan konsentrasi yang berbeda dapat menekan pertumbuhan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan
2. Terdapat varietas padi (Oryza sativa L.) yang tahan terhadap penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan
3. Terdapat Interaksi antara varietas padi yang berbeda dan konsentrasi Corynebacterium yang berbeda terhadap serangan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan




















TINAJUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Menurut Sharma (1993) tanaman padi di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monokotil
Ordo : Graminales
Family : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.
Tanaman padi mempunyai akar serabut setelah 5 – 6 hari akar serabut akan tumbuh, warna akar serabut masih muda berwarna putih sedangkan akar yang sudah tua berwarna coklat. Akar yang tumbuh dari ruas batang terendah adalah akar tajuk. Akar merupakan bagian yang tumbuh dari akar serabut yang berumur pendek yang panjangnya sama dengan akar serabut, akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada pada kulit luar yang berfungsi menghisap air maupun zat – zat makanan ( AAK, 1992)
Batang padi terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap – tiap ruas dimulai dan diakhiri dengan buku. Pada setiap buku tampaklah satu mata. Letak mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menhasilkan anakan tersier (Siregar, 1981)
Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang membalut ruas yan paling atas dari batang, umumnya disebut daun bendera. Tiap daun terdiri atas helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun yang membungkus ruas diatasnya. Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, enam buah benang sari, serta dua tangkai putik. Bakal buah mengandung air (Cairan) untuk kebutuhan lodicula (daun mahkota), warnanya keunguan/ ungu tua. Benang sari terdiri dari tangkai sari, kepala sari dan kantong serbuk (AAK, 1992)
Berdasarkan bentuk gabahnya, butir padi terbagi beberapa bentuk yaitu ramping, memanjang, sedang dan gemuk. Pada pembuahan bunga padi yang menempel pada kepala putik dengan cairan yang ada di kepala putik (Siregar, 1981)

Syarat Tumbuh


Iklim
Padi dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim panas yang lembab. Dengan curah hujan yang di kehendaki pertahun sekitar 1500 – 2000 mm. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23 0C ke atas dengan ketinggian tempat anatara 0 – 1500 meter diatas permukaan laut. Sinar matahari sangat diperlukan terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Sedangkan angin mempunyai arti penting terhadap proses penyerbukan dan pembuahan (AAK, 1992)
Tanah

Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suparyono dkk, 1997)
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm. Keasaman tanah antara pH 4.0 – 7,0. Pada padi sawah penggenangan akan mengubah pH tanah menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya pH 8,1 – 8,2 tidak merusak tanaman padi (AAK, 1992)

Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae)


Biologi Penyakit


Menurut Singh (2000) adapun sistematika dari bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Divisio : Gracilicutes
Ordo : Actionomycetes
Subordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Species : Xanthomonas campestris pv oryzae
Bakteri ini digolongkan dalam gram negatif dimana akan kehilangan warna ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi warna tandingan dengan safranin sel bakteri akan menyerap warna merah sehingga bakteri tampak berwarna merah (Pelczar, 1986)
Hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) pertama kali dilaporkan di Jepang tahun 1884, dari Jepang menyebar secara luas di Asia, Sri Lanka, Philipina serta ke Pakistan. Penyakit ini juga dilaporkan terdapat di Malagasy Afrika Selatan. Penyakit ini juga pernah diteliti oleh C. C. Chien di Ivory Coast, Liberia, Nigeria dan Afrika Barat. Sekarang penyakit ini sudah banyak di teliti di negara – negara Amerika Latin (Luh, 1980)
Di Jawa penyakit mendapat perhatian pada tahun 1984. Reitsma dan Schure (1950) dan Hormans dan Schure (1954) yang bekerja di Bogor mengira bahwa penyakit pada padi di Indonesia yang ditanganinya adalah penyakit baru, dan disebutnya sebagai penyakit ’ kresek’. Tanaman yang sakit keras menjadi busuk , dan tingkat ini disebut sebagai ’lodoh ’. Goto (1964) di Jepang mengetahui bahwa ’kresek’ adalah identik dengan hawar daun bakteri. Seterusnya secara internasional ’kresek’ dianggap sebagai tingkat yang keras dari hawar daun bakteri, yang terutama terdapat di daerah tropik (Semangun, 2000)
Xanthomonas campestris pv oryzae (Xanthomonas oryzae (Ishiyama) Dowson : Xanthomonas Kresek Schure ; Bacterium oryzae (Ishiyama) Elliot) adalah penyebab penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) pada tanaman padi. Patogen ini berukuran 0,5 – 0,8 x 1,3 – 2,2 µm yang pada medium NA koloninya tampak berbentuk bundar berwarna kuning kecoklatan (Gnananickam, 1999)
Morfologi bakteri X. oryzae adalah bentuk batang pendek dengan kedua ujungnya membulat, tanpa spora, menghasilkan pigmen yang tidak larut dalam air, motil dengan flagella monotrikus dan pada media biakan koloninya bulat, serta cembung serta warna kekuningan . Menurut Lelliot (1972) dalam Hery (1990) ciri khas genus Xanthomonas adalah koloninya berlendir, menghasilkan pigmen kuning dan pada media agar nutrien koloninya berdiameter 1-3 mm (Biakan berumur tiga hari, suhu 27 oC). Pigmen kuning tersebut dapat digunakan sebagai pembeda dari genus Pseudomonas (Hery, 1990)

Gambar 1. Patogen X. oryzae
Sumber : Yolanda Guevara y Anna Maselli, 2009


Gejala Serangan X. oryzae pv oryzae


Bakteri X. oryzae menginfeksi daun padi melalui hidatoda atau luka (Kerr, 1980) dalam buku Hery (1990). Di pembibitan gejala pertama tampak berupa bercak – bercak kecil kebasahan pada pinggir daun. Bercak kemudian membesar, daun menguning dan kering dengan cepat. Di pertanaman, gejala awal tampak sebagai garis – garis kebasahan kemudian bercak membesar baik lebar maupun panjangya dengan tepi bercak bergelombang dan daun menguning dalam beberapa hari. Batas antara bercak dan bagian yang sehat tampak kebasahan. Walaupun gejala awal sering dimulai dari tepi daun, tetapi bercak dapat juga terjadi pada bagian tengah daun asalkan ada luka. De Datta (1981) mengemukakan bahwa gejala X. oryzae di daerah tropik dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu gejala kresek, gejala leaf – blight dan gejala kuning muda. Gejala kresek dan leaf – bligt adalah gejala utama dari infeksi X. oryzae, sedangkan gejala kuning sebagai gejala sekunder (Hery, 1990)
Infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering. Bakteri menginfeksi masuk melalui sistem vaskular tanaman padi pada saat pindah tanam atau pada saat dicabut dari tempat pembibitan sehingga akarnya rusak, atau sewaktu terajadi kerusakan daun. Apabila sel bakteri masuk menginfeksi tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, tanaman akan menunjukkkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian lainnya akan menjadi kering. Infeksi juga dapat terjadi mulai pada fase persemaian sampai fase pembentukan anakan. Sumber infeksi dapat berasal dari jerami yang telah terinfeksi, tunggul jerami, sisa tanaman yang terinfeksi, benih dan gulma inang. Sel – sel bakteri membentuk butir – butir embun pada pagi hari yang mengeras dan melekat pada permukaan daun ( Syam dan Diah, 2003)
Pada tanaman muda yang peka terhadap gejala kresek akan tampak tanaman layu dan akhirnya mati. Pada permukaan bawah daun bercak yang masih muda, terdapat tetesan cairan (bakteriooze) berwarna kekuning – kuningan mudah diamati pada pagi hari. Apabila diamati di bawah mikroskop, koloni bakteri akan keluar dari tepi irisan daun yang bergejala. Pada varietas peka gejala dapat berkembang sampai arah pelepah tanaman (Retnowati dkk, 2007).
aa

Gambar 2. a) Gejala daun terserang X. campestris pv. Oryzae, b) Daun sehat



Daur Penyakit


Terdapat empat ratus lima puluh ras Xanthomonas oryzae pv oryzae yang sudah terisolasi dari daerah pegunungan Hirosima selama tahun 2000 sampai pada tahun 2003 pada kultivar – kultivar padi yang terkena infeksi dan yang tersebar secara luas. Ras dari patogen ini juga selalu berbeda pada setiap lokasi sehingga patogen ini merupakan penyebab penyakit terpenting di wilayah Hirosima (Tanaka et al, 2004)
Bakteri terutama mengadakan infeksi melalui luka – luka pada daun, karena biasanya bibit padi dipotong ujungya sebelum ditanam. Bakteri juga mengadakan infeksi melalui luka – luka pada akar sebagai akibat dari pencabutan. Infeksi terjadi pada saat penanaman atau beberapa hari sesudahnya. Bahkan sudah diketahui bahwa luka pada akar – akar dapat menarik bakteri. Bakteri juga dapat mengadakan infeksi melalui pori air yang terdapat pada daun, melalui luka – luka yang terjadi karena daun yang bergesekan, dan melalui luka – luka karena serangga (Semangun, 2000)
Dalam pertanaman bakteri terutama tersebar oleh hujan yang berangin. Disini angin tidak hanya memencarkan bakteri, tetapi juga menyebabkan terjadinya luka – luka karena gesekan pada daun padi (Semangun, 2000)

Gambar 3. Daur Hidup X. oryzae
Sumber : Suparyono et al, 2003 (dalam : http://www.knowledgebank.irri.org)


Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit


Penyakit dipengaruhi oleh umur tanaman. Penyakit ini juga lebih banyak terdapat pada padi yang dipindahkan pada umur yang lebih muda. Ada jenis padi tertentu yang tahan pada waktu muda dan ada yang tahan pada waktu yang dewasa. Misalnya bakteri kelompok III jenis Krueng Aceh tahan pada waktu muda, sedangkan Bahbutong, Semery, Citanduy, Cisanggarung menjadi tahan setelah dewasa. Terhadap bakteri kelompok IV Bahbutong tahan pada waktu muda dan juga setelah dewasa (Semangun, 2000)
Sumber inokulum menyebarkan infeksi pada tanaman berasal dari jerami atau sekam padi yang telah terinfeksi dapat membantu penyebaran inokulum. Selain itu gulma juga dapat berperan sebagai inang sementara (host) dari patogen ini. Bentuk biji pada padi diperkirakan dapat memberikan kesukaran dalam proses infeksi pada biji (CABI, 2003)

Pengendalian Penyakit


Daerah – daerah yang selalu mendapat gangguan dari penyakit ini dianjurkan untuk melakukan usaha – usaha sebagai berikut :
1. Menanam jenis yang tahan
2. Bibit padi yang dipindah tidak dipotong ujungnya
3. Memindahkan bibit pada umur yang tidak kurang dari 40 hari. Untuk jenis yang rentan umur ditambah
4. Untuk jenis – jenis yang rentan di anjurkan untuk menanam 4 – 5 bibit tiap rumpun, dengan harapan agar nantinya tidak banyak tempat yang kosong
5. Pemupukan yang seimbang
6. Tidak mengairi persemaian terlalu dalam
7. Jika diperlukan, penyakit dapat dicegah dengan merendam bibit yang dipotong daunnya ke dalam larutran terusi 0,05% selama 30 menit. Tanaman dapat disemprot dengan bakterisida fenazin – 5 – oksida (Stablex 10 WP) dengan dosis 0,10 kg/ha bahan aktif (Semangun, 2000)



Pengendalian penyakit kresek di daerah tropik dengan menggunakan varietas
tahan menunjukkan hasil yang efektif dan ekonomis. Sedangakan menurut Kerr (1980) penggunaan antibiotik atau senyawa kimia lain sampai saat ini kurang ekonomis (Hery, 1990)

Pemanfaatan Agensia Hayati Corynebacterium


Dengan kesadaran baru dibidang pertanian yaitu penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dengan cara memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama secara komprensif dan mengurangi penggunaan pestisida. Salah satu komponen PHT tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antagonis. Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis terbukti bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agensia hayati. Bakteri – bakteri antagonis ini diantaranya selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri – bakteri anatagonis dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Hasanuddin, 2003)
Pengendalian penyakit HDB yang diterapkan oleh BBPOPT Jatisari adalah dengan pemanfaatan bakteri antagonis. Bakteri antagonis tersebut adalah Corynebacterium. EfektifitasCorynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap penyakit HDB nampaknya sudah cukup baik dan Corynebacterium menunjukkan hasil yang baik pada penghambatan pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan (Wibowo dkk, 2005)
Menurut Agrios (1997) bakteri Corynebacterium dapat diklasifikasikan sebagai berikut ;
Kingdom : Procaryotae (Bacteria)
Divisio : Firmicutes
Class : Thallobacteria
Family : Streptomytaceae
Genus : Clavibacter
Species : Clavibacter (Corynebacterium sp)
Bakteri ini termasuk gram positif pada pewarnaan diferensial dengan larutan ungu kristal, sel bakteri berwarna ungu. Tetapi ketika ditambahkan larutan safranin sel bakteri tidak menyerap larutan sehingga tetap berwarna ungu. Bakteri gram positif pada umumnya bersifat non patogenik (Pelczar, 1986)
Bentuk bakteri Corynebacterium adalah berbentuk batang lurus sampai agak sedikit membengkok dengan ukuran 0,5 – 0,9 X 1,5 – 4 µm. Kadang – kadang mempunyai segmen berwarna dengan bentuk yang tidak menentu atau granular dan bentuk gada yang membengkak. Bakteri ini umumnya tidak bergerak, tetapi beberapa spesiesnya ada yang bergerak dengan rata – rata dua bulu cambuk polar (Agrios, 1997)
Bakteri antagonis Corynebacterium yang dieksplorasi dari tanaman padi awalnya diduga mempunyai pengaruh buruk, bahkan berperan sebagai bakteri patogen pada beberapa jenis sayuran (Tomat, Cabe Rawit Sawi , Terong dan Mentimun). Akan tetapi setelah diuji dengan inokulasi buatan suntik, siram dan semprot ternyata tidak mengakibatkan penyakit pada tanaman. Hal ini telah membuktikan bahwa jenis bakteri ini aman diaplikasikan terhadap penyakit sasaran ( Wibowo, 2006)

Gambar 4. Bakteri Corynebacterium
Sumber : Ajcan, 2007 (Dalam : http://microbiologybytes.wordpress.com )


Ketahanan


Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat relatif, karena untuk melihat ketahanan suatu tanaman, sifat tanaman yang tahan atau dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman tahan adalah tanaman menderita kerusakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman yang lain. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau terbawa keturunan (faktor genetik), tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan yang menyebabkan tanaman menjadi tahan (Untung, 2006)
Ketahanan varietas turut mempengaruhi produksi dari suatu tanaman. Selain itu produksi juga dipengaruhi oleh bentuk morfologis daun seperti luas permukaan daun, kelengkungan daun, serta kandungan klorofil daun yang mengakibatkan perbedaan penerimaan sinar matahari dan perbedaan dalam sintesa protein dan juga karbohidrat ( Untung, 2006)
Ada tiga macam ketahanan terhadap penyakit , yaitu ketahanan mekanis, ketahanan kimiawi, dan ketahanan fungsional. Ketahanan mekanis terdiri atas ketahanan mekanis pasif dan ketahanan mekanis aktif. Tumbuhan yang mempunyai ketahanan mekanis pasif mempunyai struktur morfologi yang menyebabkan sulit diinfeksi oleh patogen. Misalnya tumbuhan mempunyai epidermis yang berkutikula tebal, adanya lapisan lilin dan mempunyai mulut kulit yang sedikit, sedangkan mekanisme ketahanan mekanis aktif bekerja setelah patogen menginvasi inang, yang merupakan hasil interaksi antara sistem genetik tumbuhan inang dengan patogen. Ketahanan kimiawi terdiri atas ketahanan kimia pasif dan aktif. Ketahanan kimia pasif, parasit hanya dapat menyerang tumbuhan yang mempunyai isi sel yang susunan kimianya cocok baginya. Pada ketahanan kimia aktif terbentuk zat-zat kimia atau senyawa penangkal seperti phytoalexyn. Pada ketahanan fungsional tumbuhan tidak terserang patogen, bukan kerena adanya struktur morfologis atau zat-zat kimia, melainkan karena pertumbuhannya sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyakit, meskipun sebenarnya tumbuhan itu rentan. Tumbuhan melewati fase rentannya ketika tidak ada patogen ( Semangun, 1996)
Penggunaan varietas tahan tetap merupakan komponen utama pengendalian HDB secara terpadu karena sangat ekonomis, efektif dan tidak merusak lingkungan. Tetapi keefektifan varietas yang tahan dipengaruhi oleh interaksi antara gen pembawa sifat tahan yang dimilikinya dan gen virulensinya pada populasi X. oryzae yang terdapat disuatu wilayah (Khaeruni, 2001)


Varietas

Perbaikan varietas tidak terhenti hanya karena telah diperoleh satu sifat yang baik tetapi perlu ditindaklanjuti melalui kerja sama secara terpadu dari kelompok peneliti lain seperti hama/penyakit, fisiologi, dan agronomi. Perbaikan varietas bertujuan untuk meningkatkan atau menambah sifat-sifat yang diinginkan menjadi suatu varietas baru. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk membentuk varietas yang mampu beradaptasi (Harahap dan Silitonga, 1993)
Varietas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tanaman. Pada dasarnya hasil gabah ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu faktor tanah, tanaman, dan lingkungan (iklim). Faktor terakhir merupakan faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia seperti radiasi matahari, curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi dll. Sementara itu faktor tanah dan tanaman dapat dimodifikasi agar cocok untuk pertumbuhan dan hasil tanaman (Yulyani dkk, 2008)
Padi hibrida merupakan salah satu inovasi yang meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi. Agar potensi padi hibrida tersebut dapat terekspresi dengan Optimal. Keunggulan Padi Hibrida antara lain : 1) hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inhibrida; 2) vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; 3) keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi; 4) keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran yang lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi (Yulyani dkk, 2008)
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan Balai Benih Induk Murni Tanjung Morawa. Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian ± 28 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Februari 2010

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih varietas padi varietas ciherang, Hibrida Intani-2, Hibrida SL8HS, pupuk Urea, Pupuk TSP, Pupuk KCL.
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, garu, meteran, mikroskop, timbangan, sabit, tali plastik, kalkulator dan alat tulis serta papan nama.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan RAK faktorial dengan 2 faktor yaitu ;
Faktor I Konsentrasi Corynebacterium
C0 : Kontrol
C1 : 2,5 cc/ liter air
C2 : 5 cc/ liter air
C3 : 7,5 cc/ liter air
Faktor II Varietas
V1 : Ciherang
V2 : Hibrida Intani-2
V3 : Hibrida SL8HS
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan
Jumlah ulangan
(t-1) (r-1) ≥ 15
(12-1) (r-1) ≥ 15
12 r-12 ≥ 15
12r ≥ 27
R ≥ 2,25
Jumlah ulangan = 3
Jumlah unit percobaan = 36 plot
Adapun kombinasi perlakuan sebagai berikut
C0V1 C0V2 C0V3
C1V1 C1V2 C1V3
C2V1 C2V2 C2V3
C3V1 C3V2 C3V3
Model linier yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial adalah sebagai berikut
Y ijk = μ + ρІ + βk + (αβ)jk + Σijk
Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan pada taraf ke-j dengan beberapa dosis Corynebacterium ke-i
μ = Nilai tengah sebenarnya
ρІ = Pengaruh blok ke –I
βk = Pengaruh dosis pada taraf ke-k
(αβ)jk = Pengaruh interaksi pada taraf ke-j dan taraf ke-k
Σijk = Pengaruh galat pada unit percobaan
(Bangun, 2000)

Pelaksanaan Penelitian
Penyemaian Benih
Tanah untuk media semai dibersihkan, diratakan dan dibuat bedengan dengan ketinggian 10 cm dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m pada setiap varietas. Sebelum penyemaian benih, benih dimasukkan kedalam goni dan direndam selama (48 jam).
Perlakuan Seed treatment dilakukan dengan cara melarutkan fungisida bahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 1cc/liter air untuk 1 kilogram benih, perendaman dilakukan dengan memasukkan benih kedalam larutan fungisida selama 10 menit. Setelah itu benih dikeringkan lalu ditaburkan secara merata diatas bedengan.
Pengolahan Tanah
Pembersihan
Sebelum tanah sawah dibajak harus dibersikan lebih dahulu dari jerami atau rumput yang ada. Dengan luas lahan, panjang 27 meter dan lebar 8 meter sehingga total luas lahan adalah 216 m2

Pembajakan
Pembajakan dengan jetor sebanyak 2 kali, yang pertama pembajakan kasar 10-30 cm dan setelah seminggu kemudian dilakukan pembajakan halus dengan kedalaman 10-20 cm.
Penggaruan
Penggaruan dilakukan berulang – ulang sehingga lahan benar – benar bersih dari sisa jerami.
Pembuatan Plot
Plot dibuat dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 36 plot. Jarak antara plot dibuat bedengan setinggi 10 cm dengan lebar 25 cm
Pemupukan
Dosis anjuran penggunaan pupuk untuk wilayah kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut
1. Urea 250 kg/ha
2. SP-36 100 kg/ha
3. KCL 50 kg/ha
(PERMENTAN, 2007)
Pemupukan dasar diberikan dengan cara ditaburkan secara merata diatas plot dengan dosis Urea 126,5 gram/plot, SP-36 50,6 gram/plot dan KCL 5,06 gram/plot. Pupuk dasar diberikan empat hari sebelum tanam dengan 1/3 bagian urea dan seluruh dosis SP-36 maupun KCL. Pemupukan susulan pertama diberikan empat minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 bagian urea. Sedangkan pemupukan susulan kedua diberikan 7 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 urea sisanya (Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002)
Penanaman
Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang berumur 15-20 hari, berdaun 5-7 helai. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat, tingginya ± 25 cm, batangnya besar dan kuat, bebas dari serangan hama penyakit dan tingginya seragam. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Sehingga tanaman dalam satu plot berjumlah 49 tanaman.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada pagi/sore hari bila ada tanaman yang mati atau rusak. Penyulaman dilakukan pada saat sebelum aplikasi Corynebacterium yaitu pada saat tanaman berumur 12 hari setelah tanam. Tanaman disiangi dari gulma – gulma setiap minggunya sebelum dilakukan pemupukan.
Aplikasi Corynebacterium

Corynebacterium didapat dari BPTPH Gedung Johor dalam bentuk kemasan jadi yang di eksplorasi dari tanaman padi. Aplikasi Corynebacterium dilakukan setelah pengamatan pendahuluan. Bila telah ditemukan persentase serangan ≥ 5% maka dilakukan penyemprotan Corynebacterium pada tanaman sesuai dengan perlakuan. Penyeprotan dilakukan dengan hand sprayer dengan interval 1 minggu (7 hari) sekali dan dihentikan pada umur 86 hari setelah tanam. Aplikasi dilakukan pada sore hari, mulai pukul 15.00, waktu aplikasi dihindari waktu terik matahari untuk mencegah rusaknya bakteri akibat sinar matahari (Retnowati dkk, 2007)
Parameter Pengamatan
Intensitas Serangan Penyakit Xanthomonas campestris pv oryzae
Sampel yang diamati dalam satu plot adalah ± 10% jumlah tanaman perplot. Pengambilan tanaman sampel diambil secara acak, jumlah tanaman sampel dalam satu plot adalah 5 tanaman
Intensitas serangan penyakit dihitung seminggu sekali, pengambilan data dimulai apabila sudah ada gejala dilapangan. Data intensitas serangan diambil sebanyak 8 kali. Pengamatan intensitas serangan dilakukan 1 hari sebelum aplikasi Corynebacterium.
Besarnya intensitas serangan dihitung dengan rumus sebagai berikut
∑ (n x v)
IS = ----------- x 100%
Z x N
Dimana:
IS = Intensitas serangan
n = Jumlah daun dalam tiap kategori serangan
v = Nilai skala tiap kategori serangan
Z = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati
Skala (uji lapang, area daun terserang)
0 = Tidak ada serangan
1 = Serangan 1-5%
3 = Serangan 6-12%
5 = Serangan 13-25%
7 = Serangan 26-50%
9 = Serangan 51-100%
(Silitonga dkk, 2003)
Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan setelah 100 hari pada tingkat pemasakan 95 % bulir sudah menguning, bagian bawah malai terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21 – 26 %. Seluruh bagian tanaman sudah berwarna kuning. Batang mulai menguning. Gabah yang diambil sudah sulit dipecah apabila dipecah dengan kuku. Dikeringkan sawah seminggu sebelum panen, dipotong dengan sabit dan dipanen dengan mesin. Setelah itu padi dikeringkan di terik matahari (Yulyani dkk, 2008)
Produksi
Pengamatan produksi tanaman dilakukan pada saat panen. Hal ini dilakukan dengan menghitung produksi masing-masing plot perlakuan dalam satuan kg/plot dan dikonvensikan ke dalam per hektar dan hal yang sama dilakukan pada masing masing tanaman sampel dengan menggunakan rumus
Produksi (ton/ha) = Luas lahan 1 hektar (10.000 m2) x Produksi per plot
Luas Plot ( m2)

(Sudarman dan sudarsono, 1981)








HASIL DAN PEMBAHASAN


Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae


1. Pengaruh Konsentrasi Corynebacterium Terhadap Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae

Hasil pengamatan intensitas serangan X. campestris pv oryzae Pada setiap waktu pengamatan mulai dari 4-11 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 6-13. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor konsentrasi Corynebacterium berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan X. campestris pv oryzae. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 : Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan konsentrasi Corynebacterium (C) untuk setiap waktu pengamatan (mst).
Perlakuan Pengamatan
4mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst 11 mst
C0 7.02 18.06 a 25.56 a 30.69 a 35.18 a 39.61 a 43.97 a 47.86 a
C1 7.02 16.67 b 22.91 b 26.87 b 29.77 b 35.11 b 37.72 b 41.49 b
C2 6.87 13.94 c 20.72 c 23.88 c 26.85 c 30.39 c 34.44 c 38.74 c
C3 7.08 12.35 d 18.20 d 20.97 d 24.32 d 28.34 d 33.34 d 37.23 c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan intensitas serangan (%) penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 4 mst tidak berpengaruh nyata pada perlakuan konsentrasi Corynebacterium karena aplikasi Corynebacterium pada 4 minggu setelah tanam belum dilakukan. Pada pengamatan 5 mst – 11 mst dapat dilihat bahwa aplikasi Corynebacterium dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan (%) kresek X. campestris pv oryzae.
Pada pengamatan 11 mst dapat dilihat bahwa aplikasi Corynebacterium dengan konsentrasi 7,5 cc/liter air (C3) berpengaruh nyata terhadap dosis 2,5 cc/liter air (C1) dan (C0) tanpa pemberian Corynebacterium tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi 5 cc/liter air (C2)

Gambar 5 : Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan konsentrasi Corynebacterium (C) untuk setiap waktu pengamatan (mst)

Dari histogram diatas, dapat dilihat bahwa pada setiap waktu pengamatan (4-11mst) terjadi perubahan nilai intensitas serangan (%) X. c. pv oryzae pada setiap perlakuan. Namun intensitas serangan mengalami peningkatan setiap minggunya secara bertahap dari 4 mst sampai 11 mst. Intensitas serangan tertingggi terjadi pada perlakuan tanpa pemberian Corynebacterium (C0) yaitu sebesar 47,86 % , diikuti dengan konsentrasi 2,5 cc/liter air (C1) sebesar 41,49 %, konsentrasi 5 cc/liter air sebesar 38.74 % dan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan C3 (konsentrasi 7,5 cc/liter air) yaitu sebesar 37,23 %. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingginya intensitas serangan penyakit kresek dipengaruhi oleh konsentrasi agen antagonis Corynebacterium yang mampu menghambat perkembangan penyakit di lapangan hal ini sesuai dengan literatur Wibowo (2005) yang menyatakan bahwa efektifitas Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) sudah cukup baik dan Corynebacterium menunjukkan hasil yang baik pada penghambatan pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan.

2. Pengaruh Faktor Varietas (V) Terhadap Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae

Hasil pengamatan intensitas serangan X. campestris pv oryzae Pada setiap waktu pengamatan mulai dari 4-11 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 6-13. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor variets berpengaruh nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 : Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan Varietas (V) untuk setiap waktu pengamatan (mst).
Perlakuan Pengamatan
4mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst 11 mst
V1 7.16 13.26c 18.42c 20.86c 24.21c 28.35c 32.25c 36.25c
V2 6.79 15.31b 21.51b 25.31b 28.89b 34.22b 38.04b 42.10b
V3 7.04 17.20a 25.61a 30.63a 33.99a 37.51a 41.81a 45.64a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas pada 4 minggu setelah tanam tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan X. campestris pv oryzae. Sedangkan pengamatan 5 mst sampai 11 mst dapat dilihat bahwa perlakuan varietas terhadap intensitas serangan berpengaruh nyata. Pada pengamatan II (5mst) perlakuan varietas Ciherang (V1) berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain. Intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Hibrida SL 8 HS (V3) Sebesar 17.20% dan yang terendah terdapat pada varietas Ciherang (V1) sebesar 13.26%. Pengamatan 5 – 11 mst perlakuan varietas berbeda nyata. V1 berbeda nyata terhadap V2 dan V3, V2 berbeda nyata terhadap V3.

Gambar 6 : Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan Varietas (V) untuk setiap waktu pengamatan (mst).

Dari histogram diatas, bahwa pada setiap waktu pengamatan (4-11 mst) terjadi perubahan nilai persentase serangan pada setiap perlakuan. Intensitas serangan mengalami peningkatan setiap minggunya secara bertahap dari 4 mst sampai 11 mst. Intensitas serangan tertinggi terjadi pada varietas Hibrida SL8HS (V3) sebesar 45.64 % dan diikuti oleh varietas Intani-2 (V2) Sebesar 42.10 % sedangkan serangan terendah yaitu pada varietas Ciherang (V3) yaitu sebesar 36.25 % pada pengamatan 11 mst. Hal ini menunjukkan bahwa varietas paling rentan terhadap penyakit kresek adalah varietas Hibrida SL8HS seperti yang tercantum dalam deskripsi varietas SL8HS lampiran 5 menerangkan bahwa varietas ini rentan terhadap penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri). Sedangkan varietas paling tahan adalah varietas Ciherang (V1) sesuai dengan deskripsi varietas Ciherang pada lampiran 3 dimana varietas ini tahan terhadap bakteri busuk daun (Xanthomonas oryzae)
3. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Corynebacterium (C) dengan Varietas (V) Terhadap Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae

Pengamatan intensitas serangan penyaki X. campestris pv oryzae (%) pada 4 – 11 minggu setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 6 -13
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor perlakuan Corynebacterium dengan Varietas yang berbeda berpengaruh nyata. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3 : Uji Beda Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae (%) pada Padi dengan Perlakuan Corynebacterium (C) dan Varietas (V) yang Berbeda untuk setiap waktu Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst 11 mst
C0V1 6.93 15.90 d 22.43 c 25.43 e 29.13 d 34.20 d 38.30 d 42.30 c
C0V2 6.73 17.67 c 25.05 b 30.29 c 35.90 b 40.13 b 44.95 b 48.95 b
C0V3 7.40 20.60 a 29.19 a 36.33 a 40.50 a 44.49 a 48.67 a 52.33 a
C1V1 7.20 14.53 e 20.72 d 23.28 f 26.13 e 29.77 f 32.83 f 36.83 f
C1V2 7.00 16.43 d 22.53 c 25.39 e 27.64 d 35.65 c 39.37 d 43.37 c
C1V3 6.87 19.03 b 25.47 b 31.93 b 35.53 b 39.91 b 40.95 c 44.28 c
C2V1 6.97 11.50 g 15.93 e 18.87 h 21.83 g 26.30 g 28.96 g 32.96 g
C2V2 6.80 14.47 e 21.28 d 24.30 f 27.29 d 32.03 e 34.00 f 38.91 e
C2V3 6.83 15.87 d 24.93 b 28.47 d 31.43 c 32.83 e 40.35 c 44.35 c
C3V1 7.53 11.087 g 14.60 f 15.87 i 19.74 h 23.14 h 28.91 g 32.91 g
C3V2 6.63 12.67 f 17.13 e 21.27 g 24.73 f 29.07 f 33.85 f 37.18 e
C3V3 7.07 13.30 f 22.87 c 25.77 e 28.48 d 32.82 e 37.27 e 41.60 d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata 5% menurut Uji Jarak Duncan (UJD)

Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan 4 minggu setelah tanam masing – masing perlakuan tidak berbeda nyata terhadap intensitas serangan penyakit X. campestris pv oryzae sedangkan pada pengamatan 5 mst – 11 mst masing – masing perlakuan berbeda nyata. Pada pengamatan 11 mst C0V1 berbeda nyata terhadap C0V2, C0V3, C1V1, C2V1, C2V2, C3V1, C3V2, C3V3, tetapi C0V1 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C1V2, C1V3 dan C2V3.

Gambar 7 : Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan Corynebacterium (C) dengan Varietas (V) yang berbeda untuk setiap waktu pengamatan (mst).

Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa intensitas serangan penyakit interaksi antar perlakuan terus mengalami kenaikan dari pengamatan 4 mst sampai pengamatan 11 mst kenaikan intensitas serangan dipengaruhi oleh dosis Corynebacterium dan varietas pada masing- masing perlakuan. Hal ini diakibatkan oleh faktor umur tanaman Semangun (2000) menyatakan bahwa penyakit ini dipengaruhi oleh umur tanaman ada jenis padi tertentu yang tahan pada waktu muda dan ada juga yang tahan pada waktu tua.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi Corynebacterium dengan varietas yang berbeda berpengaruh nyata pada pengamatan 5 mst – 11 mst Pada pengamatan 11 mst intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan C0V3 (kontrol dengan varietas SL8HS) ) yaitu sebesar 52.33 % yang diikuti dengan C0V2 (kontrol dengan varietas Intani-2) 48,95%, C2V3 (Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) 44.35 %, C1V3 (Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) 44,28 %, C1V2 (Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 43,37% C0V1 (kontrol dengan varietas Ciherang) 42,30 %, C3V3 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) 41.60 %, C2V2 (Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 38.91 %, C3V2 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 37,18 %, C1V1 (Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 36,83 %, C2V1 (Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) sedangkan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan C3V1 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) yaitu sebesar 32,91 % .
Tingginya intensitas serangan penyakit pada perlakuan COV3 (kontrol dengan varietas SL8HS) dikarenakan tidak adanya pengendalian penyakit yang dilakukan sehingga patogen dalam tanaman dapat berkembang lebih cepat dan varietas SL8HS yang fisiologisnya rentan terhadap penyakit kresek dan anakan produktifnya yang relatif banyak (18-30 batang) yang mempengaruhi tingkat kelembapan sehingga mendukung perkembangan patogen. Serangan penyakit terendah terdapat pada perlakuan C3V1 dikarenakan konsentrasi Corynebacterium yang tinggi mampu menghambat perkembangan penyakit yang dikombinasikan dengan varietas yang secara fisiologis tahan terhadap penyakit kresek (HDB) ini. Disamping itu rendahnya intensitas serangan penyakit X. campestris pv oryzae diakibatkan keadaan suhu udara rata-rata selama musim pertanaman yang kurang mendukung perkembangan patogen dilapangan yaitu sekitar 26-28 0 C serta curah hujan hujan selama waktu tanam yang sangat kecil yaitu antara 42-251 mm hal ini dapat kita lihat pada lampiran15. Sedangkan Wiyono (2007) menyatakan bahwa suhu optimum untuk perkembangan penyakit X. campestris pv oryzae adalah 30 0C dan penularan utamanya disebabkan percikan air
Produksi Padi
1. Pengaruh Konsentrasi Corynebacterium Terhadap Produksi Padi
Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi Corynebacterium terhadap produksi padi dapat dilihat pada lampiran 14.
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa konsentrasi Corynebacterium berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Untuk melihat perlakuan yang mana berbeda nyata dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD) pada taraf 5 % seperti pada tabel 4
Tabel 4 : Uji beda rataan produksi padi pada perlakuan dosis Corynebacterium (C) (Ton/ha)
Dosis Corynebacterium Rataan
Produksi (Ton/ha)
C0 (Kontrol tanpa Corynebacterium) 8.05 b
C1 (Konsentrasi 2,5 cc/liter air) 8.37 b
C2 (Konsentrasi 5 cc/liter air) 8.69 a
C3 (Konsentrasi 7,5/liter air) 8.92 a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa aplikasi Corynebacterium dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap produksi padi (Ton/ha) (%) C3 (dengan konsentrasi 7,5 cc/liter air) berpengaruh nyata terhadap C1 (konsentrasi 2,5 cc/liter air) dan C0 (Kontrol tanpa Corynebacterium) tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap C2 (konsentrasi 5 cc/liter air)

Gambar 8 : Histogram rataan produksi padi pada perlakuan konsentrasi Corynebacterium (C) (Ton/ha)

Dari histogram diatas, dapat dilihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada C3 (konsentrasi 7,5 cc/liter air) yaitu sebesar 8,92 ton/ha diikuti dengan C2 (konsentrasi 5 cc/liter air) 8.69 ton/ha, C1 (konsentrasi 2,5 cc/liter air) 8,37 ton/ha dan yang terendah terdapat pada perlakuan C0 (Kontrol tanpa Corynebacterium) yaitu sebesar 8,05 ton/ha. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa intensitas serangan penyakit mempengaruhi rendahnya produksi padi pada perlakuan C0 (Kontrol tanpa Corynebacterium) yaitu 8.05 ton/ha, yang mengakibatkan penyakit berkembang cepat dengan intensitas serangan yang tinggi 47,86 % sehingga mengakibatkan rendahnya produksi karena terganggunya proses fisiologis pada tanaman Wiyono (2007) penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman. Sedangkan pada perlakuan C3 (konsentrasi Corynebacterium 7,5 cc/liter air) yang mampu menekan pertumbuhan penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) sehingga intensitas serangan relatif kecil 37,23 % mempunyai produksi paling tinggi yaitu sebesar 8.92 ton/ha. Hal ini sesuai dengan literatur Suryadi dkk (2006) yang menyatakan serangan penyakit HDB pada padi sawah dapat menyebabkan penurunan hasil 20-30%.

2. Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Padi

Hasil analisis sidik ragam pengaruh varietas terhadap produksi padi menurut Uji Jarak Duncan (UJD) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5 : Uji beda rataan produksi padi pada beberapa Varietas (V) (Ton/ha)
Varietas Rataan
Produksi (Ton/ha)
V1 (Ciherang) 7.36 c
V2 (Intani-20 8.26 b
V3 (Hibrida SL8HS) 9.90 a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

Dari hasil analisis sidik ragam pada tabel 5 menunjukkan bahwa V1 berpengaruh nyata terhadap V2 dan V2 berpengaruh nyata terhadap V3 dan V3 berpengaruh nyata terhadap V1 dan V2. Produksi tertinggi terdapat pada V3 yaitu sebesar 9.90 ton/ha hal ini diakibatkan pada V3 (varietas SL8HS) memiliki keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran yang lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi Yulyani dkk (2008) sehingga produksinya lebih tinggi dibanding varietas lainnya. Sedangkan produksi V2 yaitu 8.26 ton/ha dan V1 yaitu 7.26 ton/ha, lebih rendah karena morfologi daunnya yang relatif sempit dan malai yang pendek serta anakan yang sedikit sehingga potensi hasilnya menjadi rendah dapat dilihat pada lampiran 3-4. Untuk melihat perbandingan produksi masing-masing varietas dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 9 : Histogram rataan produksi padi pada beberapa Varietas (V)

3. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Corynebacterium (C) dengan Beberapa Varietas (V) Terhadap Produksi Padi (Ton/ha)

Pengamatan pengamatan produksi gabah kering padi dapat dilihat pada lampiran 14. Dari analisis sidik ragam produksi dapat dilihat adanya perbedaan nyata pada masing-masing perlakuan, maka dilalkukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6 : Uji Beda Rataan produksi padi (Ton/ha) pada Perlakuan Corynebacterium (C) dengan Varietas (V) yang Berbeda
Perlakuan Interaksi Corynebacterium dengan Varietas Rataan
Produksi (Ton/ha)
C0V1 (Kontrol dengan varietas Ciherang) 7.24 f
C0V2 (Kontrol dengan varietas Itani-2) 8.15 e
C0V3 (Kontrol dengan varietas Hibrida SL8HS) 8.74 d
C1V1 (Konsentrasi 2,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 7.40 f
C1V2 (Konsentrasi 2,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 8.25 d
C1V3 (Konsentrasi 2,5 cc/liter air dengan varietas Hibrida SL8HS 9.47 c
C2V1 (Konsentrasi 5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 7.52 f
C2V2 (Konsentrasi 5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 8.27 d
C2V3 (Konsentrasi 5 cc/liter air dengan varietas Hibrida SL8HS) 10.28 b
C3V1 (Konsentrasi 7,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 7.29 f
C3V2 (Konsentrasi 7,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 8.38 d
C3V3 (Konsentrasi 7,5 cc/liter air dengan varietas Hibrida SL8HS) 11.10 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata 5% menurut Uji Jarak Duncan (UJD)
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa rataan berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan C3V3 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) yaitu 11.10 ton/ha yang diikuti dengan C2V3 (Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) 10,28 ton/ha, C1V3 (Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) 9,47 ton/ha, C0V3 (kontrol dengan varietas SL8HS) 8,74 ton/ha, C3V2 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 8,38 ton/ha, C2V2 (Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 8,27 ton/ha C1V2 (Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2) 8,25 ton/ha, C0V2 (kontrol dengan varietas Intani-2) 8,15 ton/ha, C2V1 (Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 7,52 ton/ha C1V1 (Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 7,40 ton/ha, C3V1 (dosis Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) 7,29 ton/ha dan yang terendah pada perlakuan COV1 (kontrol dengan varietas Ciherang) 7,24 ton/ha. Tingginya produksi pada perlakuan C3V3 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) yaitu 11,10 ton/ha dipengaruhi oleh faktor varietas yang mempunyai jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi Yulyani dkk (2008) yang didukung oleh rendahnya intensitas serangan penyakit akibat penghambatan pertumbuhan patogen karena tingginya dosis Corynebacterium yang diaplikasikan sehingga tanaman dapat berproduksi maksimal. Sedangkan rendahnya produksi pada COV1 (kontrol dengan varietas Ciherang) 7,24 ton/ha yang disebabkan oleh faktor varietas yang memiliki sedikit anakan dan didukung oleh intensitas serangan yang tinggi sehingga terjadi penurunan hasil produksi. Histogram rataan produksi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10 : Histogram rataan produksi padi pada interaksi perlakuan Corynebacterium (C) pada beberapa Varietas (V)














KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pada perlakuan Konsentasi Corynebacterium (C) , Intensitas serangan (%) paling tinggi terdapat pada perlakuan C0 (Kontrol) sebesar 47,86% dan yang terendah pada perlakuan C3 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air) yaitu 37,23%
2. Intensitas serangan tertinggi pada faktor perlakuan varietas (V) terdapat pada V3 (varietas Hibrida SL8HS) sebesar 45,64% yang diikuti dengan V2 (varietas Intani-2) 42,10% dan yang terendah adalah perlakuan V1 (varietas Ciherang) 36,25%.
3. Intensitas serangan penyakit paling tinggi terjadi pada masa generatif terdapat pada perlakuan C0V3 (Kontrol dengan varietas Hibrida SL8HS) sebesar 52,33% dan yang terendah pada C3V1(dosis Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Ciherang) sebesar 32,91% pada 11 minggu setelah tanam
4. Produksi tertinggi pada perlakuan Konsentasi Corynebacterium (C) terdapat pada perlakuan C3 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air) yaitu 8,92 ton/ha dan yang terendah pada perlakuan C0 (Kontrol) sebesar 8,05 ton/ha
5. Produksi tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V3 (varietas Hibrida SL8HS) sebesar 9,90 ton/ha yang diikuti V2 (varietas Intani-2) 8,26 ton/ha sedangkan yang terendah pada perlakuan V1 (varietas Ciherang) yaitu 7,26 ton/ha


6. Produksi tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan C3V3 (Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas SL8HS) sebesar 11.10 ton/ha dan produksi terendah terdapat pada perlakuan pada COV1 (kontrol dengan varietas Ciherang) yaitu 7,24 ton/ha

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang uji ekfektifitas Corynebacterium terhadap penyakit Xanthomonas campestris pv oryzae dengan interval aplikasi yang lebih lama yaitu 14 hari sekali
























DAFTAR PUSTAKA



AAK, 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 12 – 39

Ajcann, 2007. Corynebacteria. Diakses dari microbiologybytes.wordpress.com/page/32/. Pada tanggal 21 Januari 2009

Agrios, G. N., 1997. Plant Pathology Fift Edition. Department of Plant Pathology. University of Florida. Hlm 440 – 444

Bangun, M. K., 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU.Hlm 23-24

CABI, 2003. Data Sheets on Quarantine Pest, Xanthomonas Oryzae. Diakses dari www.eppo.org/QUARANTINE/bacteria/Xanthomonas_citri/XANTCI pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 2 – 4

Gnananickam, S. S., V. Brindha Priyadarisini, N. N. Narayana, Preet Vasudevan and Kavitha., 1999. An Overview of Bacterial Bligh Disease of Rice and Strategies For its Management. www.ias.ac.in/currsci/dec101999/REVIEWARTICLE.University of Madras, India. Current Science. Vol 77 No. 11. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 1345 – 1347

Harahap, Z. dan T.S. Silitonga. 1993. Perbaikan varietas padi. Dalam Buku Padi 2. Badan Pertanian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. hlm. 335-375.

Hasanuddin., 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Secara Terpadu. library.usu.ac.id/download/fp/fp-hasanuddin.pdf USU Digital Library. Medan Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 7

Hery, Gede Purwa Jelantik., 1990. Daya Penghambatan Tiga Jenis Ekstrak Tumbuhan terhadap Pertumbuhan (Jumlah Koloni) Bakteri Xanthomonas oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowson dan Pseudomonas Solanacearum E.F Smith In Vitro. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. IPB. Bogor. Hlm 1 – 4

Khaeruni, Andi R., 2001. Penyakit HDB Pada Padi Masalah dan Pemecahannya. akhaeruni@hotmail.com Makalah Falsafah Sains. Diakses pada tanggal 10 Januari 2009. Hlm 1

Luh, B. S., 1980. Rice Production and Utilization. AVI Publishing Company Inc. California. Hlm 63-68

Ou, S. H., 1972. Rice Diseases. Commonw, inst. Hlm 38
Pelczar, Michael J., 1986 Dasar – Dasar Mikrobiolgi 1. Universitas Indonesia Press, Jakarta Hlm 82-85,117

PERMENTAN, 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi (Sumatera Utara). Menteri Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Hlm 52

Retnowati, Lilik., Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L., 2007. Perbanyakan dan Cara Aplikasi Corynebacterium. BBOPT. Jatisari. Hlm 1 – 2

Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-press, Yogyakarta. Hlm 90 – 95

Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Hlm 267 - 272

Sharma, O.P., 2002. Plant Taxonomy. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Hlm 435 – 431

Silitonga, Tiur Sudiaty., Ida Hanarida Somantri., Aan Andang Daradjat dan Hakim Kurniawan., 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Departemen Pertanian, Bogor. Hlm 30

Singh, R. S., 1998.,. Plant Disease. Oxford Publishin, New Delhi. Hlm 183 – 221

Siregar, Hardian , 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. Hlm 24 – 29

Sudarman dan Sudarsono,1981. Pedoman Managemen UsahaTani, Jakarta. Hlm 63

Suparyono., dkk., 1997. Budidaya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 18 – 20

Suparyono, JLA Catindig, FA dela Peña, and IP Oña, 2003. Bacterial Leaf Blight. www.knowledgebank.irri.org/RiceDoctor/Fact. Diakses pada tanggal 20 Januari 2009.

Suryadi, Y, T. S. Kadir dan Machmud., 2006. Deteksi Xanthomonas oryzae pv oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi. http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=publikasi/isi_informasi&kod=PP25/02&kd=1&id_menu=5&id_submenu=21&id=143 Jurnal Penelitian Tanaman Pangan Vol 25 No. 2 Tahun 2006. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hal 108 – 109




Syam dan Diah Wurjandari., 2003. Masalah Lapang Hama Penyakit dan Hara Pada Padi. library.diptero.or.id/index.php?p=show_detail&id=4878 - 10k Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 38 – 39


Tanaka, Koji., Sayaka Nakatsu, Zen Nasuke Katsuba, Hiros Furaya, Takao Tsuchiya, Takasi Oku., 2004. Notes on the Occurrence of Pathogenic Races of Xanthomonas oryzae pv oryzae Found in Hirosima Prefecture. http://www.springerlink.com/content/ru829875v6850k31. Hiroshima Prefectural University. Japan. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Hlm 114 – 116

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm 139 – 141

Wibowo, Baskoro Sugeng., 2006. Pemanfaatan Bakteri Antagonis. BBOPT. Jati Sari. Hlm 1-15

Wirawan, Baran dan Sri Wahyuni., 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 49

Wiyono, Suryo., 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama Penyakit Tanaman. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Makalah Keanekaragaman Hayati di Tengah Perubahan Iklim. Diakses pada tanggl 16 Januari 2009. Hlm 1 – 10
Yolanda Guevara y Anna Maselli, 1999., Etizon Bacteriano Del Arroz en Venezuela. www.ceniap.gov.ve/.../at4904/arti/guevara_y.htm. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009.
Yulyani , Andi Fatwiwati., Muljady D. Mario, Muljady D. Mario, R.H.Anasiru, Annas Zubair ,Yusuf Antu, 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Hibrida. Departemen Pertanian. Gorontalo. Hlm 3 dan 25














LAMPIRAN
Lampiran 1
1. Bagan Penelitian

I U II III

2,25 m

27 2,25 m
m




































8 meter
Keterangan


C0V1 : Kontrol dengan varietas Ciherang
C0V2 : Kontrol dengan varietas Intani-2
C0v3 : Kontrol dengan varietas Hibrida
C1V1 : Konsentrasi Corynebacterium 2,5 cc/ liter air dengan varietas Ciherang
C1V2 : Konsentrasi Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2
C1V3 : Konsentrasi Corynebacterium 2,5 cc/liter air dengan varietas Hibrida SL8HS
C2V1 : Konsentrasi Corynebacterium 5 cc/ liter air dengan varietas Ciherang
C2V2 : Konsentrasi Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas IR 64
C2V3 : Konsentrasi Corynebacterium 5 cc/liter air dengan varietas Hibrida SL8HS

C3V1 : Konsentrasi Corynebacterium 7,5 cc/ liter air dengan varietas Ciherang
C3V2 : Konsentrasi Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Intani-2
C3V3 : Konsentrasi Corynebacterium 7,5 cc/liter air dengan varietas Hibrida SL8HS


2. Bagan Tanaman Sampel
2,25 m

2,25 m





1 Meter XXXXXX










Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Ciherang


Asal : Persilangan IR 18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1- 3///IR64///IR64

Golongan : Tidak berbulu
Bentuk : Tegak
Tinggi : ± 107 – 115 cm
Anakan Produktif : 10-15 tanaman
Warna :
Kaki : Hijau
Batang : Hijau
Telinga daun : Putih
Lidah daun : Putih
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah daun
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Gabah :
Bentuk : Panjang, Ramping
Warna : Kuning Bersih
Bobot 1000 butir : 28 gram
Nasi
Rasa : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Panen :
Hasil Gabah : ± 7 ton / ha gabah kering
Umur : 100 – 115 hari
Kerontokan : Sedang
Penyakit : Agak tahan terhadap bakteri busuk daun strain III dan Iv
Tahun Dilepas : 25 Februari 2000


Sumber : PT. Sang Hyang Sri Persero














Lampiran 4.Deskripsi Tanaman Padi Varietas Hibrid Intani-2

Nomor Seleksi : BPK 002
Asal Persilangan : 02 A x K10
Golongan : Cere, Kadang erulu
Umur Tanaman : 108 – 118 Hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 89,7 - 107,9 cm
Anakan Produktif : 11 - 17 batang
Warna Kaki : Hijau tua
Warna batang : Hijau tua
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna helai daun : Tidak berwarna
Muka daun : Halus
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Slender
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 25,57%
Bobot 1000 butir : 23,97 – 26,7 gram
Potensi hasil : 8,7 – 11,2 ton per hektar
Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3
Penyakit : Agak tahan terhadap BLB strain III dan IV
No SK Metan : 645/Kpts/TP.240/12/2001
Tahun Dilepas : 31 Desember 2001

Sumber : Badan Benih Nasional, Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian

















Lampiran 5. Deskripsi Tanaman Padi Varietas SL-8SHS

Nomor Seleksi : SL-8H
Asal Persilangan : Introduksi dari Philippines, merupakan keturunan pertama
Golongan : F1 hasil persilangan CMS SL-1A dengan Restorer SL-8R
Umur Tanaman : 112 – 115 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107 - 115 cm
Anakan Produktif : 18 – 30 batang
Warna Kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna helai daun : Tidak berwarna
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Sedang
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 25,5%
Bobot 1000 butir : 26-27 gram
Potensi hasil : 14,83ton/ ha gabah kering giling
Penyakit : Rentan Terhadap Penyakit HDB Strain III dan IV

Sumber : Badan Benih Nasional, Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian



















Lampiran 6. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 4 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 7.40 6.00 7.40 20.80 6.93
C0V2 6.90 6.00 7.30 20.20 6.73
C0V3 7.60 6.20 8.40 22.20 7.40
C1V1 6.90 7.50 7.20 21.60 7.20
C1V2 7.10 7.20 6.70 21.00 7.00
C1V3 5.10 8.40 7.10 20.60 6.87
C2V1 7.40 6.20 7.30 20.90 6.97
C2V2 7.00 5.70 7.70 20.40 6.80
C2V3 7.40 7.40 5.70 20.50 6.83
C3V1 7.90 7.50 7.20 22.60 7.53
C3V2 7.20 6.80 5.90 19.90 6.63
C3V3 6.40 6.50 8.30 21.20 7.07
Total 84.30 81.40 86.20 251.90
Rataan 7.03 6.78 7.18 7.00

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 20.80 20.20 22.20 63.20 21.07
C1 21.60 21.00 20.60 63.20 21.07
C2 20.90 20.40 20.50 61.80 20.60
C3 22.60 19.90 21.20 63.70 21.23
Total 85.90 81.50 84.50 251.90
Rataan 21.48 20.38 21.13 20.99

Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 6.93 6.73 7.40 21.07 7.02
C1 7.20 7.00 6.87 21.07 7.02
C2 6.97 6.80 6.83 20.60 6.87
C3 7.53 6.63 7.07 21.23 7.08
Total 28.63 27.17 28.17 83.97
Rataan 7.16 6.79 7.04 7.00


Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 4 mst
SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 0.97 0.49 0.60 tn 3.44
Perlakuan 11 2.36 0.21 0.26 tn 2.26
C 3 0.22 0.07 0.09 tn 3.05
V 2 0.84 0.42 0.52 tn 3.44
C x V 6 1.29 0.22 0.27 tn 2.55
Galat 22 17.84 0.81
Total 35 21.17
* nyata
FK 1762.6 tn tidak nyata
KK 12.87


































Lampiran 7. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 5 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 15.60 16.30 15.80 47.70 15.90
C0V2 16.80 18.00 18.20 53.00 17.67
C0V3 18.90 21.60 21.30 61.80 20.60
C1V1 14.30 14.70 14.60 43.60 14.53
C1V2 16.00 16.40 16.90 49.30 16.43
C1V3 18.10 19.00 20.00 57.10 19.03
C2V1 11.60 11.10 11.80 34.50 11.50
C2V2 14.40 14.00 15.00 43.40 14.47
C2V3 14.00 16.60 17.00 47.60 15.87
C3V1 10.70 11.56 11.00 33.26 11.09
C3V2 11.90 12.90 13.20 38.00 12.67
C3V3 13.90 14.00 12.00 39.90 13.30
Total 176.20 186.16 186.80 549.16
Rataan 14.68 15.51 15.57 15.25

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 47.70 53.00 61.80 162.50 54.17
C1 43.60 49.30 57.10 150.00 50.00
C2 34.50 43.40 47.60 125.50 41.83
C3 33.26 38.00 39.90 111.16 37.05
Total 159.06 183.70 206.40 549.16
Rataan 39.77 45.93 51.60 45.76

Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 15.90 17.67 20.60 54.17 18.06
C1 14.53 16.43 19.03 50.00 16.67
C2 11.50 14.47 15.87 41.83 13.94
C3 11.09 12.67 13.30 37.05 12.35
Total 53.02 61.23 68.80 183.05
Rataan 13.26 15.31 17.20 15.25




Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 5 mst
SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 5.89 2.94 5.34 * 3.44
Perlakuan 11 281.94 25.63 46.53 * 2.26
C 3 179.87 59.96 108.84 * 3.05
V 2 93.43 46.72 84.80 * 3.44
C x V 6 8.63 1.44 2.61 * 2.55
Galat 22 12.12 0.55
Total 35 299.94
* nyata
FK 8377.13 tn tidak nyata
KK 4.87

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 5 minggu setelah tanam
SY 0.35
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 1.03 1.08 1.11 1.13

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 12.35 13.94 16.67 18.06
.a
.b
.c
.d


Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 5 minggu setelah tanam
SY 0.26
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.77 0.81 0.83

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 13.26 15.31 17.20
.a
.b
.c

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 5 minggu setelah tanam

Faktor C x V
SY 0.35
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Perlakuan C3V1 C2V1 C3V2 C3V3 C2V2 C1V1 C2V3 C0V1 C1V2 C0V2 C1V3 C0V3
Rataan 11.09 11.50 12.67 13.30 14.47 14.53 15.87 15.90 16.43 17.67 19.03 20.60
.a
.b
.c



d



e



f



g

























Lampiran 8. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 6 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 22.60 21.30 23.40 67.30 22.43
C0V2 23.40 26.44 25.30 75.14 25.05
C0V3 27.76 29.80 30.00 87.56 29.19
C1V1 20.40 21.00 20.77 62.17 20.72
C1V2 21.40 22.90 23.30 67.60 22.53
C1V3 26.40 24.00 26.00 76.40 25.47
C2V1 15.60 16.40 15.80 47.80 15.93
C2V2 22.10 21.44 20.30 63.84 21.28
C2V3 24.30 24.80 25.70 74.80 24.93
C3V1 14.00 15.30 14.50 43.80 14.60
C3V2 16.40 16.70 18.30 51.40 17.13
C3V3 22.80 22.80 23.00 68.60 22.87
Total 257.16 262.88 266.37 786.41
Rataan 21.43 21.91 22.20 21.84

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 67.30 75.14 87.56 230.00 76.67
C1 62.17 67.60 76.40 206.17 68.72
C2 47.80 63.84 74.80 186.44 62.15
C3 43.80 51.40 68.60 163.80 54.60
Total 221.07 257.98 307.36 786.41
Rataan 55.27 64.50 76.84 65.53


Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 22.43 25.05 29.19 76.67 25.56
C1 20.72 22.53 25.47 68.72 22.91
C2 15.93 21.28 24.93 62.15 20.72
C3 14.60 17.13 22.87 54.60 18.20
Total 73.69 85.99 102.45 262.14
Rataan 18.42 21.50 25.61 21.84


Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 6 mst
SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 3.60 1.80 2.21 tn 3.44
Perlakuan 11 599.65 54.51 66.94 * 2.26
C 3 265.13 88.38 108.53 * 3.05
V 2 312.41 156.20 191.82 * 3.44
C x V 6 22.11 3.68 4.52 * 2.55
Galat 22 17.92 0.81
Total 35 621.17
* nyata
FK 17178.9 tn tidak nyata
KK 4.13

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 6 minggu setelah tanam

SY 0.43 16.95 19.41 21.56 24.18
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 1.25 1.31 1.35 1.38

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 18.20 20.72 22.91 25.56
.a
.b
.c
.d

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 6 minggu setelah tanam

SY 0.32 17.49 20.52 24.60
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.93 0.98 1.01

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 18.42 21.50 25.61
.a
.b
.c
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 6 minggu setelah tanam

Faktor C x V
SY 0.43
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 1.25 1.31 1.35 1.38 1.40 1.41 1.43 1.43 1.44 1.45 1.45 1.46

Perlakuan C3V1 C2V1 C3V2 C1V1 C2V2 C0V1 C1V2 C3V3 C2V3 C0V2 C1V3 C0V3
Rataan 14.60 15.93 17.13 20.72 21.28 22.43 22.53 22.87 24.93 25.05 25.47 29.19
.a



b



c



d



e
.f

























Lampiran 9. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 7 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 25.60 24.30 26.40 76.30 25.43
C0V2 28.44 29.88 32.56 90.88 30.29
C0V3 35.30 36.70 37.00 109.00 36.33
C1V1 22.66 23.70 23.47 69.83 23.28
C1V2 24.30 25.00 26.88 76.18 25.39
C1V3 30.90 31.90 33.00 95.80 31.93
C2V1 18.70 19.10 18.80 56.60 18.87
C2V2 24.00 23.90 25.00 72.90 24.30
C2V3 27.90 28.90 28.60 85.40 28.47
C3V1 15.30 16.30 16.00 47.60 15.87
C3V2 20.90 20.90 22.00 63.80 21.27
C3V3 24.90 25.40 27.00 77.30 25.77
Total 298.90 305.98 316.71 921.59
Rataan 24.91 25.50 26.39 25.60

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 76.30 90.88 109.00 276.18 92.06
C1 69.83 76.18 95.80 241.81 80.60
C2 56.60 72.90 85.40 214.90 71.63
C3 47.60 63.80 77.30 188.70 62.90
Total 250.33 303.76 367.50 921.59
Rataan 62.58 75.94 91.88 76.80


Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 25.43 30.29 36.33 92.06 30.69
C1 23.28 25.39 31.93 80.60 26.87
C2 18.87 24.30 28.47 71.63 23.88
C3 15.87 21.27 25.77 62.90 20.97
Total 83.44 101.25 122.50 307.20
Rataan 20.86 25.31 30.63 25.60


Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 7 mst

SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 13.40 6.70 13.79 * 3.44
Perlakuan 11 1054.80 95.89 197.30 * 2.26
C 3 467.24 155.75 320.45 * 3.05
V 2 573.51 286.76 590.01 * 3.44
C x V 6 14.05 2.34 4.82 * 2.55
Galat 22 10.69 0.49
Total 35 1078.89
* nyata
FK 23592.4 tn tidak nyata
KK 2.72

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 7 minggu setelah tanam

SY 0.33
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 0.96 1.01 1.04 1.06

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 20.97 23.88 26.87 30.69
.a
.b
.c
.d

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 7 minggu setelah tanam

SY 0.25
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.72 0.76 0.78

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 20.86 25.31 30.63
.a
.b
.c
Faktor C x V
SY 0.33
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 0.96 1.01 1.04 1.06 1.08 1.09 1.10 1.11 1.11 1.12 1.12 1.13

Perlakuan C3V1 C2V1 C3V2 C1V1 C2V2 C0V1 C1V2 C3V3 C2V3 C0V2 C1V3 C0V3
Rataan 15.87 18.87 21.27 23.28 24.30 25.43 25.39 25.77 28.47 30.29 31.93 36.33
.a
.b
.c
.d



e



f
.g
.h
.i
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 7 minggu setelah tanam
























Lampiran 10. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 8 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 28.00 28.00 31.40 87.40 29.13
C0V2 35.90 35.80 36.00 107.70 35.90
C0V3 39.80 39.90 41.80 121.50 40.50
C1V1 25.70 26.30 26.40 78.40 26.13
C1V2 27.60 26.92 28.40 82.92 27.64
C1V3 35.20 34.40 37.00 106.60 35.53
C2V1 21.40 22.30 21.80 65.50 21.83
C2V2 26.90 26.90 28.08 81.88 27.29
C2V3 30.90 31.60 31.78 94.28 31.43
C3V1 18.70 21.70 18.82 59.22 19.74
C3V2 25.20 23.90 25.10 74.20 24.73
C3V3 27.90 28.90 28.64 85.44 28.48
Total 343.20 346.62 355.22 1045.04
Rataan 28.60 28.89 29.60 29.03

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 87.40 107.70 121.50 316.60 105.53
C1 78.40 82.92 106.60 267.92 89.31
C2 65.50 81.88 94.28 241.66 80.55
C3 59.22 74.20 85.44 218.86 72.95
Total 290.52 346.70 407.82 1045.04
Rataan 72.63 86.68 101.96 87.09

Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 29.13 35.90 40.50 105.53 35.18
C1 26.13 27.64 35.53 89.31 29.77
C2 21.83 27.29 31.43 80.55 26.85
C3 19.74 24.73 28.48 72.95 24.32
Total 96.84 115.57 135.94 348.35
Rataan 24.21 28.89 33.99 29.03

Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 8 mst

SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 6.39 3.20 3.92 * 3.44
Perlakuan 11 1191.01 108.27 132.88 * 2.26
C 3 587.64 195.88 240.39 * 3.05
V 2 573.64 286.82 351.99 * 3.44
C x V 6 29.73 4.95 6.08 * 2.55
Galat 22 17.93 0.81
Total 35 1215.33
* nyata
FK 30336.4 tn tidak nyata
KK 3.11

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 8 minggu setelah tanam

SY 0.43
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 1.25 1.31 1.35 1.38

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 24.32 26.85 29.77 35.18
.a
.b
.c
d

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 8 minggu setelah tanam

SY 0.32
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.94 0.98 1.01

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 24.21 28.89 33.99
.a
.b
.c
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 8 minggu setelah tanam
Faktor C x V
SY 0.43
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 1.25 1.31 1.35 1.38 1.40 1.41 1.43 1.43 1.44 1.45 1.46 1.46

Perlakuan C3V1 C2V1 C3V2 C1V1 C2V2 C1V2 C3V3 C0V1 C2V3 C0V2 C1V3 C0V3
Rataan 19.74 21.83 24.73 26.13 27.29 27.64 28.48 29.13 31.43 35.90 35.53 40.50
.a

b
.c



d


.e
.f
.g
.h

























Lampiran 11. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 9 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 33.40 35.40 33.80 102.60 34.20
C0V2 39.90 40.40 40.10 120.40 40.13
C0V3 43.86 43.80 45.80 133.46 44.49
C1V1 28.10 31.38 29.82 89.30 29.77
C1V2 34.98 35.90 36.08 106.96 35.65
C1V3 39.22 39.50 41.00 119.72 39.91
C2V1 25.00 27.90 26.00 78.90 26.30
C2V2 32.90 31.10 32.10 96.10 32.03
C2V3 32.00 33.20 33.30 98.50 32.83
C3V1 22.70 23.89 22.82 69.41 23.14
C3V2 29.20 28.90 29.10 87.20 29.07
C3V3 31.90 33.96 32.60 98.46 32.82
Total 393.16 405.33 402.52 1201.01
Rataan 32.76 33.78 33.54 33.36

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 102.60 120.40 133.46 356.46 118.82
C1 89.30 106.96 119.72 315.98 105.33
C2 78.90 96.10 98.50 273.50 91.17
C3 69.41 87.20 98.46 255.07 85.02
Total 340.21 410.66 450.14 1201.01
Rataan 85.05 102.67 112.54 100.08

Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 34.20 40.13 44.49 118.82 39.61
C1 29.77 35.65 39.91 105.33 35.11
C2 26.30 32.03 32.83 91.17 30.39
C3 23.14 29.07 32.82 85.02 28.34
Total 113.40 136.89 150.05 400.34
Rataan 28.35 34.22 37.51 33.36


Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 9 mst
SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 6.77 3.38 4.59 * 3.44
Perlakuan 11 1219.62 110.87 150.44 * 2.26
C 3 684.87 228.29 309.76 * 3.05
V 2 516.85 258.42 350.65 * 3.44
C x V 6 17.90 2.98 4.05 * 2.55
Galat 22 16.21 0.74
Total 35 1242.60
* nyata
FK 40067.4 tn tidak nyata
KK 2.57

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 9 minggu setelah tanam

SY 0.40
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 1.19 1.25 1.28 1.31

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 28.34 30.39 35.11 39.61
.a
.b
.c
.d

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 9 minggu setelah tanam

SY 0.30
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.89 0.93 0.96

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 28.35 34.22 37.51
.a
.b
.c
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 9 minggu setelah tanam

Faktor C x V
SY 0.40
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 1.19 1.25 1.28 1.31 1.33 1.34 1.36 1.36 1.37 1.38 1.38 1.39

Perlakuan C3V1 C2V1 C3V2 C1V1 C2V2 C3V3 C2V3 C0V1 C1V2 C1V3 C0V2 C0V3
Rataan 23.14 26.30 29.07 29.77 32.03 32.82 32.83 34.20 35.65 39.91 40.13 44.49
.a

b
.c
.d

e

f
.g
.h


























Lampiran 12. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 9 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 37.20 39.50 38.20 114.90 38.30
C0V2 44.70 45.10 45.06 134.86 44.95
C0V3 48.80 48.10 49.10 146.00 48.67
C1V1 32.60 33.20 32.70 98.50 32.83
C1V2 38.30 39.60 40.20 118.10 39.37
C1V3 40.15 40.40 42.30 122.85 40.95
C2V1 27.40 29.60 29.88 86.88 28.96
C2V2 34.00 35.00 33.00 102.00 34.00
C2V3 38.50 41.88 40.68 121.06 40.35
C3V1 28.40 29.98 28.36 86.74 28.91
C3V2 34.60 33.14 33.80 101.54 33.85
C3V3 36.40 38.60 36.80 111.80 37.27
Total 441.05 454.10 450.08 1345.23
Rataan 36.75 37.84 37.51 37.37

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 114.90 134.86 146.00 395.76 131.92
C1 98.50 118.10 122.85 339.45 113.15
C2 86.88 102.00 121.06 309.94 103.31
C3 86.74 101.54 111.80 300.08 100.03
Total 387.02 456.50 501.71 1345.23
Rataan 96.76 114.13 125.43 112.10


Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 38.30 44.95 48.67 131.92 43.97
C1 32.83 39.37 40.95 113.15 37.72
C2 28.96 34.00 40.35 103.31 34.44
C3 28.91 33.85 37.27 100.03 33.34
Total 129.01 152.17 167.24 448.41
Rataan 32.25 38.04 41.81 37.37

Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 10 mst

SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 7.44 3.72 4.61 * 3.44
Perlakuan 11 1194.89 108.63 134.39 * 2.26
C 3 616.91 205.64 254.40 * 3.05
V 2 556.26 278.13 344.09 * 3.44
C x V 6 21.73 3.62 4.48 * 2.55
Galat 22 17.78 0.81
Total 35 1220.11
* nyata
FK 50267.9 tn tidak nyata
KK 2.41

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 10 minggu setelah tanam

SY 0.42
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 1.24 1.31 1.34 1.37

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 33.34 34.44 37.72 43.97
.a
.b



c


Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 10 minggu setelah tanam

SY 0.32
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.93 0.98 1.01

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 32.25 38.04 41.81
.a
.b
.c
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 10 minggu setelah tanam

Faktor C x V
SY 0.42
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 1.24 1.31 1.34 1.37 1.39 1.41 1.42 1.43 1.44 1.45 1.45 1.45

Perlakuan C3V1 C2V1 C1V1 C3V2 C2V2 C3V3 C0V1 C1V2 C2V3 C1V3 C0V2 C0V3
Rataan 28.91 28.96 32.83 33.85 34.00 37.27 38.30 39.37 40.35 40.95 44.95 48.67
.a
.b

c

d
.e

f

g



























Lampiran 13. Data Intensitas Serangan Penyakit X. campestris pv oryzae pada pengamatan 11 minggu setelah tanam

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 42.20 43.50 41.20 126.90 42.30
C0V2 47.70 49.10 50.06 146.86 48.95
C0V3 51.80 50.10 55.10 157.00 52.33
C1V1 37.60 37.20 35.70 110.50 36.83
C1V2 43.30 41.60 45.20 130.10 43.37
C1V3 43.15 44.40 45.30 132.85 44.28
C2V1 32.40 33.60 32.88 98.88 32.96
C2V2 39.40 38.35 39.00 116.75 38.92
C2V3 43.50 44.88 44.68 133.06 44.35
C3V1 31.40 34.98 32.36 98.74 32.91
C3V2 37.60 38.14 35.80 111.54 37.18
C3V3 40.40 41.60 42.80 124.80 41.60
Total 490.45 497.45 500.08 1487.98
Rataan 40.87 41.45 41.67 41.33

Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 126.90 146.86 157.00 430.76 143.59
C1 110.50 130.10 132.85 373.45 124.48
C2 98.88 116.75 133.06 348.69 116.23
C3 98.74 111.54 124.80 335.08 111.69
Total 435.02 505.25 547.71 1487.98
Rataan 108.76 126.31 136.93 124.00

Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 42.30 48.95 52.33 143.59 47.86
C1 36.83 43.37 44.28 124.48 41.49
C2 32.96 38.92 44.35 116.23 38.74
C3 32.91 37.18 41.60 111.69 37.23
Total 145.01 168.42 182.57 495.99
Rataan 36.25 42.10 45.64 41.33



Daftar Analisa Sidik Ragam Intensitas Serangan pada Daun (%) 11 mst

SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 4.13 2.06 1.25 tn 5.72
Perlakuan 11 1163.13 105.74 64.17 * 3.18
C 3 591.70 197.23 119.69 * 5.72
V 2 535.84 267.92 162.59 * 4.82
C x V 6 37.60 6.27 3.80 * 3.76
Galat 22 36.25 1.65
Total 35 1203.51
* nyata
FK 61502.3 tn tidak nyata
KK 3.11

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium yang berbeda 11 minggu setelah tanam

SY 0.61
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 1.77 1.86 1.92 1.96

Perlakuan C3 C2 C1 C0
Rataan 37.23 38.74 41.49 47.86
.a
.b



c

Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada beberapa varietas 11 minggu setelah tanam
SY 0.45
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 1.33 1.40 1.44

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 36.25 42.10 45.64
.a
.b
.c
Uji Jarak Duncan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas 11 minggu setelah tanam

SY 0.61
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 1.77 1.86 1.92 1.96 1.99 2.01 2.03 2.04 2.05 2.06 2.07 2.08

Perlakuan C3V1 C2V1 C1V1 C3V2 C2V2 C3V3 C0V1 C1V2 C1V3 C2V3 C0V2 C0V3
Rataan 32.91 32.96 36.33 37.18 38.92 41.60 42.30 43.37 44.28 44.35 48.95 52.33
.a
.b


c
. .d




e
.f
g














\












Lampiran 14. Data Produksi Padi (Ton/ha)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0V1 6.95 7.32 7.45 21.72 7.24
C0V2 7.80 8.36 8.30 24.46 8.15
C0V3 8.50 8.48 9.25 26.23 8.74
C1V1 7.50 7.20 7.50 22.20 7.40
C1V2 7.98 8.30 8.46 24.74 8.25
C1V3 9.60 9.20 9.60 28.40 9.47
C2V1 7.23 7.40 7.93 22.56 7.52
C2V2 8.20 8.22 8.40 24.82 8.27
C2V3 10.25 10.50 10.10 30.85 10.28
C3V1 7.40 7.62 6.84 21.86 7.29
C3V2 8.24 8.50 8.40 25.14 8.38
C3V3 11.75 11.20 10.34 33.29 11.10
Total 101.40 102.30 102.57 306.27
Rataan 8.45 8.53 8.55 8.51


Tabel Dwikasta Total
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 21.72 24.46 26.23 72.41 24.14
C1 22.20 24.74 28.40 75.34 25.11
C2 22.56 24.82 30.85 78.23 26.08
C3 21.86 25.14 33.29 80.29 26.76
Total 88.34 99.16 118.77 306.27
Rataan 22.09 24.79 29.69 25.52

Tabel Dwikasta Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
V1 V2 V3
C0 7.24 8.15 8.74 24.14 8.05
C1 7.40 8.25 9.47 25.11 8.37
C2 7.52 8.27 10.28 26.08 8.69
C3 7.29 8.38 11.10 26.76 8.92
Total 29.45 33.05 39.59 102.09
Rataan 7.36 8.26 9.90 8.51



Daftar Analisa Sidik Ragam Produksi Padi
SK db JK KT Fhit F0.05
Ulangan 2 0.06 0.03 0.26 tn 3.44
Perlakuan 11 49.19 4.47 36.80 * 2.26
C 3 3.93 1.31 10.79 * 3.05
V 2 39.66 19.83 163.19 * 3.44
C x V 6 5.60 0.93 7.68 * 2.55
Galat 22 2.67 0.12
Total 35 51.92
* nyata
FK 2605.59 tn tidak nyata
KK 4.10

Uji Jarak Duncan produksi padi pada perlakuan Konsentrasi Corynebacterium (ton/ha)
SY 0.16
P 2 3 4 5
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24
LSR 0.05 0.48 0.51 0.52 0.53

Perlakuan C0 C1 C2 C3
Rataan 8.05 8.37 8.69 8.92



a



b

Uji Jarak Duncan produksi padi beberapa varietas (ton/ha)
SY 0.12
P 2 3 4
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17
LSR 0.05 0.36 0.38 0.39

Perlakuan V1 V2 V3
Rataan 7.36 8.26 9.90
.a
.b
.c





Uji Jarak Duncan produksi padi (ton/ha) pada interaksi Konsentrasi Corynebacterium dengan beberapa varietas
SY 0.16
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SSR 0.05 2.93 3.08 3.17 3.24 3.29 3.32 3.35 3.37 3.39 3.41 3.42 3.43
LSR 0.05 0.48 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.55 0.55 0.56 0.56 0.56 0.56

Perlakuan C0V1 C1V1 C2V1 C3V1 C0V2 C1V2 C2V2 C3V2 C0V3 C1V3 C2V3 C3V3
Rataan 7.24 7.40 7.52 7.29 8.15 8.25 8.27 8.38 8.74 9.47 10.28 11.10
.a
.b
.c



d
.e

f






























Lampiran 14. Foto lahan penelitian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar