PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat. Permintaan minyak kelapa sawit di samping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas kelapa sawit jauh lebih rendah dari pada minyak nabati lainnya (Risza, 1994)
Usaha untuk memperbaiki kemajuan pemasaran minyak kelapa sawit (CPO) dan perkembangan perkebunan kelapa sawit harus didukung oleh berbagai informasi yang menunjang. Kebutuhan akan sistem informasi yang baik dan lengkap sudah dirasakan oleh perusahaan perkebunan swasta seperti PT Astra Agro Lestari Tbk, apalagi dengan kondisi perkebunan kelapa sawit yang mempunyai banyak areal yang tersebar di berbagai pulau seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Kondisi perkebunan kelapa sawit yang sangat luas dan tersebar di berbagai lokasi yang berjauhan berdampak pada volume data serta informasi yang besar dan kompleks yang selalu terkait dengan informasi spasial (geografis) atau lokasi baik secara global maupun rinci (Suroso, dkk. 2003).
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus bertambah dengan pesat demikian juga produksi dan ekspor minyak sawitnya. Luas areal tanaman kelapa sawit dari 290 ribu ha pada tahun 1980 sampai 5,9 juta ha pada tahun 2006 atau meningkat 20 kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama, produksinya berupa CPO (minyak kelapa sawit mentah) dan CPKO (minyak inti sawit mentah) meningkat 17 kali lipat dari 0,85 juta ton menjadi 14,4 juta ton. Indonesia saat ini produksi minyak sawit kedua terbesar dan diperkirakan tahun 2010 menjadi nomor satu dunia melampaui Malaysia. Lima provinsi perkebunan terluas berturut-turut: Riau 1,3 juta ha, Sumatera Utara 964,3 ribu ha, Sumatera Selatan 532,4 ribu ha, Kalimantan Barat 466,9 ribu ha dan Jambi 466,7 ribu ha. Kelima provinsi tersebut memilik 3,770 juta ha atau 67,4% dari 5,597 juta ha di seluruh Indonesia (Samhadi, 2006)
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari kurikulum di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan mahasiswa yang telah lulus mata kuliah 110 SKS. Sesuai dengan visi Departemen Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian untuk menghasilkan sarjana pertanian yang kompeten di bidang perkebunan maka mahasiswa wajib untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan.
Kegiatan akademis mahasiswa sebagian besar dimanfaatkan untuk belajar di ruang kuliah, kegiatan pratikum di laboratorium dan perpustakaan, sedangkan pengalaman praktis dan keterampilan dalam mengembangkan profesi di bidang pertanian serta dalam memecahkan masalah-masalah di lapangan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, menjelang akhir masa kuliah mahasiswa perlu melaksanakan kegiatan keterampilan profesi yang disebut Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dengan praktek kerja lapangan, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan menambah pengalaman di lapangan secara langsung
Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Untuk mengetahui pola sistem manajemen perusahaan dalam pengelolaan kelapa sawit (budidaya, hama penyakit), untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis dan mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan, meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan meningkatkan sikap profesionalisme melalui penerapan ilmu di lapangan
Kegunaan Praktek Kerja Lapangan
Manfaat dari pelaksanaan PKL ini adalah:
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Mengetahui teknik pengelolaan hama dan penyakit Kelapa Sawit di lapangan
b. Mengetahui jenis hama dan penyakit Kelapa Sawit di lapangan.
2. Manfaat bagi Fakultas
Fakultas dapat mengetahui sejauh mana pendidikan yang diajarkan kepada mahasiswa dapat diaplikasikan ke lapangan kerja.
3. Manfaat bagi Perusahaan
Perusahaan dapat memberikan gambaran atau memperkenalkan perusahaannya kepada pihak luar (mahasiswa atau fakultas) dan saling bertukar informasi mengenai perkembangan pengetahuan tentang pengelolaan hama dan penyakit yang diperoleh di perguruan tinggi..
DESKRIPSI PERKEBUNAN PT. KERASAAN INDONESIA
Sejarah Perkebunan
PT. Kerasaan Indonesia merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit anggota SIPEF group yang berlokasi di daerah Kerasaan, Kabupaten Simalungun dengan jarak ± 125 km dari kota Medan. Perkebunan ini berada pada ketinggian ± 99 meter di atas permukaan laut
Anak perusahaan dari SIPEF group adalah sebagai berikut:
1. PT. Tolan Tiga Indonesia – Head Office Medan
2. PT. Tolan Tiga Indonesia – Parlabean Palm Oil Mill
3. PT. Tolan Tiga Indonesia – Parlabian Estate
4. PT. Tolan Tiga Indonesia – Tolan Estate
5. PT. Simpang Kiri Plantation Indonesia – Simpang Kiri Estate
6. PT. Timbang Deli Medan – Timbang Deli Estate
7. PT. Bandar Sumatera Indonesia – Bandar Pinang Estate
8. PT. Pangkatan Indonesia – Pangkatan Estate
9. PT. Bilah Platindo – Bilah Estate
10. PT. Agro Muko – Mukomuko Estate
11. PT. Agro Muko – Talang Petai Estate
12. PT. Agro Muko – Tanah Rekah Estate
13. PT. Agro Muko – Air Buluh Estate
14. PT. Agro Muko – Sei Betung Estate
15. PT. Agro Muko – Bunga Tanjung Palm Oil Mill
16. PT. Melania Senna Alicia Palembang – Mas Estate
17. PT. Melania Indonesia Jawa Barat Cibuni – Cibuni Estate
18. PT. Kerasaan Indonesia – Kerasaan Estate
19. PT. Eastern Sumatera Indonesia – Bukit Maradja Estate
20. PT. Sembada Sennah Maju Indonesia – Sennah Estate
21. PT. Umbul Mas Wisesa – Umbul Mas Wisesa
Adapun jenis kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) yang ditanam di PT. Kerasaan Indonesia adalah jenis tenera yamg merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera, yang bibitnya diperoleh dari : Bahlias Research Centre, Socfindo, Marihat Research Centre dan PT. London Sumatera Indonesia
Letak Geografis
PT. Kerasaan Indonesia berlokasi di Desa Kerasaan II, Kecamatan Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, Propisnsi Sumatera Utara yang berbatsab dengan
Sebelah Utara : Desa Kandangan dan Desa Pardomuan Nauli
Sebelah Timur : Desa Pematang Sahkuda
Sebelah Barat : Desa Bukit Maradja dan Desa Bah Gunung
Sebelah Selatan : Kelurahan Kerasaan I
Kebun terdiri dari 3 divisi serta 3 ha lokasi pembibitan. Secara geologis kebun kerasaan memiliki jenis tanah mineral dengan tekstur tanah liat berpasir. Peta lokasi dapat dilihat pada lampiran 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hama Dan Penyakit Penting Tanaman Kelapa Sawit
A. Hama
1. Ulat Api (Setothosea asigna)
Hama ulat api seperti Setothosea asigna dan Setora nitens (Lepidoptera : Limacodidae) dan ulat kantong Metisa planan dan Mahasena corbetti (Lepidoptera: Pysychidae) merupakan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) yang utama serta menimbulkan kerugian. Dari hasil percobaan simulasi kerusakan daun yang dilakukan pada kelapa sawit yang berumur 8 tahun, diperkirakan penurunan produksi mencapai 30 % - 40 % pada dua tahun setelah terjadinya kehilangan daun sebesar 50 % (Sudharto, dkk. 2005)
Gejala serangannya yaitu daun berlubang karena gigitannya, pada serangan berat daun kelapa sawit tinggal lidinya saja. Akibat langsung serangan menengah dan berat adalah terhambatnya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produksi buah karena sumber nutrisi hasil fotosintesis menurun jumlahnya. Ulat ini disebut ulat api karena bulu-bulunya tajam dan jika mengenai kulit akan terasa panas seperti api (Hadi, 2004)
Pengendalian hayati lebih unggul dibandingkan dengan pengendalian secara kimia karena selain efektif dan efisien juga ramah lingkungan. Jamur Cordyceps militaris sebagai salah satu agensia pengendalian anggota merupakan salah satu patogen pada ulat api yang perlu mendapat perhatian karena jamur tersebut berpotensi tinggi untuk mengendalikan populasi ulat api. Jamur ini menyerang ulat api pada akhir fase larva sampai dengan fase pupa (Wahyu, 2004)
2. Tikus (Rattus rattus sp.)
Pada tanaman belum menghasilkan (TBM), tikus menyerang umbut atau titik tumbuh. Gejala serangan berupa bekas gerekan, lubang-lubang pada pangkal pelepah, bahkan sering ditemui pelepah yang putus atau terkulai. Kadang-kadang serangan hama ini dijumpai sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar satu tahun sehingga menyebabkan kematian pada tanaman. (Prima tani, 2006).
Pengendalian serangan tikus pada tanaman yang baru ditanam dapat dilakukan dengan menggunakan kawat awat ayam ataupun kawat loket untuk melindungi pangkal batang tanaman tersebut. Kawat ini dapat digunakan beberapa kali. Namun demikian, apibila populasi tikus tinggi, maka perlu dilakukan penngendalian dengan umpan beracun klerat RMB dan Tikumin dan dipasang 1-3 umpan per pohon. Selain itu juga dapat dilakukan pengembangbiakan burung hantu Tyto alba dengan cukup memasang gupon di areal perkebunan kelapa sawit (Purba, dkk. 2008 )
3. Hama Oryctes rhinoceros
Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama yang utama menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto dan Utomo, 2005)
Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. rhinoceros (Purba, dkk. 2008)
Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapas Sawit, 2009).
B. Penyakit
1. Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense)
Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense. Gejala penyakit busuk pangkal batang dapat diketahui dari mahkota pohon. Pohon yang sakit mempunyai janur (daun yang belum membuka, spear leaves) lebih banyak daripada biasa. Daun berwarna hijau pucat, daun tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung di sekitar batang. Penyakit ini menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam. Pada penampangnya bagian batang yang terserang ini berwarna cokelat muda dengan jalur-jalur tidak teratur yang berwarna yang lebih gelap. Pembusukan pada pangkal batang (Gambar 1) diikuti tumbangnya pohon. Penyakit busuk pangkal batang tidak hanya terjadi pada tanaman tua, tetapi dapat juga menyerang kelapa sawit yang belum menghasilkan (Purba, dkk. 2005)
Gambar 1 : Serangan Ganoderma boninense
Sumber : foto langsung
Ganoderma boninense memiliki tubuh buah fruiting body berwarna cokelat dengan tepi berwarna putih (Gambar 2). Bentuk tubuh buah seperti kipas dan keras, seperti papan atau payung. Tubuh buah jamur ini dapat berumur sampai beberapa tahun, sehingga berpotensi untuk berkembang lebih lama dan menyebabkan kerugian yang besar (Yanti dan Susanto, 2003).
Gambar 2 : Fruiting body Ganoderma boninense
Sumber : Foto langsung
Pengendalian penyakit busuk pangkal batang ini dilakukan dengan melakukan sanitasi sumber inokulum. Pencegahan penyakit dengan pemberian agens antagonis yaitu Trichoderma sp., mencegah penularan penyakit dalam kebun dengan pembuatan selokan isolasi di sekitar tanaman yang terserang (Susanto dan Utomo, 2005).
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kerasaan Estate Kabupaten Simalungun dengan ketinggian ± 99 meter di atas permukaan laut. Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan tanggal 1 sampai 31 Juli 2009. Izin lokasi praktek kerja lapangan dapat dilihat pada lampiran 1
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan pada praktek kerja lapangan ini adalah sebagai berikut :
a. Orientasi
Melihat secara langsung garis besar tentang keadaan perusahaan, mengenal terhadap pimpinan karyawan yang berhubungan dengan praktek kerja lapangan (PKL).
b. Melihat proses
Mencari informasi dan melihat secara langsung tindakan pengelolaan budidaya kelapa sawit di lapangan dengan pokok-pokok pembelajaran sebagai berikut sebagai berikut.
1. Panen
a. Panen Pertama (new mature)
- Bagaimana cara menentukan kelapa sawit (oil palm) yang siap di panen pertama kali (new mature)
- Apa yang dilakukan sebelum ditentukan untuk dipanen
- Berapa hasil yang diharapkan di tahun pertama panen
b. Panen Tanaman Menghasilkan (mature)
Bagaimana kriteria buah masak fersi Tolan Tiga Indonesia
Bagaimana menentukan kriteria tersebut di lapangan
Bagaimana cara memanen
Bagaimana cara penyusunan Fresh Fruit Bunches (FFB) di lapangan
Bagaimana administrasi di lapangan
Bagaimana administrasi pengangkutan
Bagaimana menghitung premi pemanen
2. Perawatan (Up Keep)
Spraying : circle, stenoclaena, lalang (dosis, konsentrasi, bahan aktif, kalibrasi, knapsack, micron herbi)
Weeding circle manual, selective weeding, creeper weeding, banana/keladi, posioning
Pemupukan (manuring) (jenis pupuk, cara memupuk, waktu, serta alat yang digunakan)
Pembersihan Pelepah (pruning) tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan (mature dan immature)
Perawatan jalan (up keep road)
3. Pengendalian hama dan penyakit (pest and disease)
Ganoderma boninense
Oryctes rhinoceros
Ulat api dan ulat kantong
Tikus
(materi kegiatan dapat pada lampiran 3)
c. Asistensi
Data-data yang telah dikumpulkan dianalisa dan diperiksa oleh pembimbing lapangan
d. Penulisan Laporan PKL
Penulisan laporan PKL dilakukan setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh dengan baik.
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Kegiatan Pembibitan
Pembibitan adalah tahap awal kegiatan budidaya kelapa sawit yang berperanan penting dan sangat berpengaruh terhadap kinerja budidaya kelapa sawit selama umur ekonomisnya. Tujuan pembibitan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang tersedia saat lahan tanam telah disiapkan (Purba, dkk. 2008)
PT. Kerasaan Indonesia melakukan pembibitan sendiri untuk mendapatkan bibit yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan prosedur manajemen perkebunan. Pembibitan (nursery) dilakukan pada areal 3 hektar berada di dekat kantor PT. Kerasaan Indonesia.
1. Sistem Pembibitan
Pembibitan tanaman kelapa sawit umumnya dikenal 2 sistem:
1. Sistem pembibitan 1 tahap (single stage nursery)
2. Sistem pembibitan 2 tahap (double stage nursery)
Sistem pembibitan 1 tahap adalah kecambah langsung ditanam pada polybag besar yang telah berisi tanah lapisan atas (top soil) dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1 seberat ± 17,5 kg disusun di lapangan dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Sedangkan sistem pembibitan 2 tahap, kecambah ditanam di polibag kecil terlebih dahulu dan setelah + 3 bulan baru dipindahkan ke polibag besar. Di Perkebunan Kerasaan menggunakan sistem pembibitan 1 tahap (single stage nursery).
2. Pengisian Polibeg
Polibeg yang digunakan berwarna hitam, tahan lapuk dan diberi lubang 4 baris berselang seling di bagian sisi polibeg yang terletak 5 cm dari dasar polibeg. Polibeg harus bermutu baik dan dapat bertahan selama 10-14 bulan di pembibitan. Ukuran polibeg tebal 0,15 mm, diameter 38 cm dan tinggi 55 cm.
Pengisian polibeg dilakukan satu minggu sebelum penanaman kecambah. Polibeg diisi dengan tanah lapisan atas (top soil), kapasitas lapang yang baik, bertekstur sedang, berstruktur lemah, lempung gembur dengan kadar pasir tidak melebihi 50 % dan terhindar dari kontaminasi (pelarut, residu bahan kimia dan inokulum bahan penyakit).
Tanah yang ada teksturnya kurang baik, maka dapat ditambahkan 40 % pasir sungai yang kasar sebelum pengisian polibeg. Tanah diisi ke dalam polibeg sampai berukuran + 46 cm dari dasar polibag. Polibeg yang telah diisi di susun segitiga sama sisi dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm dan disiram sampai jenuh tiap 2 hari sekali dan diadakan penambahan tanah sampai ukuran seperti semula.
3. Pemeliharaan Pembibitan
a. Penyiraman
Penyiraman dimulai pada saat penanaman kecambah dilakukan sampai bibit dipindahkan ke lapangan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Alat yang digunakan adalah alat penyemprot (sprinkler) yang dibantu dengan tekanan pompa air agar jangkauan sprinkler lebih jauh.
Gambar 3. Penyiraman dipembibitan dengan menggunakan alat penyemprot (sprinkler)
Sumber : Foto langsung
b. Sanitasi gulma
Sanitasi gulma dilakukan dengan mencabut gulma-gulma yang tumbuh di dalam maupun di luar polibeg secara manual. Alat yang digunakan antara lain cangkul, garpu atau tangan. Sanitasi bertujuan untuk membersihkan gulma-gulma dan menggemburkan tanah. Rotasi dilakukan sekali dalam sebulan atau sesuai dengan pertumbuhan gulma sampai bibit berumur 6-8 bulan.
c. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah jenis NPK dan Kiserit. Pemberian pupuk NPK dilakukan pada awal bulan dan dimulai sejak bibit berumur 1 bulan sementara pemberian pupuk kiserit dilakukan pada pertengahan bulan dan dimulai setelah bibit berumur 5 bulan. Dosis pemupukan dapat dilihat pada Lampiran 4
Gambar 4. Kegiatan pemupukan di pembibitan
Sumber: Foto langsung
4. Seleksi di Pembibitan
Seleksi bibit bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit abnormal ke lokasi penanaman. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh faktor genetis, kesalahan kultur teknis atau oleh serangan hama dan penyakit. Seleksi bibit dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan. Seleksi dilaksanakan tiap 3 bulan selama 4 x dan hasil seleksi yang tidak lulus harus dimusnahkan. Kriteria bibit yang di seleksi adalah bibit abnormal antara lain : pelepah muda lebih pendek dari pelepah yang tua, tinggi bibit dibawah rata-rata, daun tidak mau membuka atau sempit bergulung, anakan daun sangat rapat atau jarang dan bibit yang terkena penyakit bercak daun (Curvularia, Helminthosporium, Corticium, dan Antraknosa).
Gambar 5. Tanaman yang diseleksi akibat terkena penyakit
Sumber: Foto langsung
5. Pengendalian Hama dan Penyakit di Pembibitan
Pengendalian hama dan penyakit pembibitan kelapa sawit di PT. Kerasaan Indonesia menggunakan pestisida. Aplikasi pestisida dilakukan secara manual dengan menggunakan alat semprot gendong (knapsack sprayer).
Hama yang sering menyerang bibit kelapa sawit antara lain belalang (grasshoppers), jangkrik (crickets), orong-orong (mole crickets), Apogonia sp. Adoretus sp. Pengendalian hama ini dilakukan dengan penyemprotan insektisida Delta 25 EC bahan aktif delta metrin 25 g/l. Konsentrasi yang digunakan disesuaikan tingkat serangan, pada tingkat serangan rendah konsentrai yang digunakan 15 cc/15 l air dan bila serangan tinggi konsentrasi 30 cc/15 l air. Aplikasi dilakukan satu kali dalam satu bulan.
Gambar 6. Penyemprotan pestisida di pembibitan
Sumber: Foto langsung
Penyakit yang menyerang bibit kelapa sawit tidak begitu banyak, tapi dapat berdampak besar terhadap bibit apabila tidak dikendalikan. Penyakit-penyakit tersebut antara lain Curvularia, Helminthosporium, Corticium, dan Antraknosa. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan meyemprot fungisida Dithane M-45 bahan aktif mancozeb 80%. Penyemprotan dilakukan dua kali dalam satu bulan. Konsentrasi yang digunakan 30 cc/15 l air.
6. Perbanyakan Leguminosa Penutup Tanah
Tanaman kelapa sawit akan terbuka selama 3-4 tahun sehingga tanah disekitarnya perlu ditutupi. Leguminosa Penutup Tanah di tanam bertujuan untuk
- mengendalikan erosi
- memperbaiki kondisi tanah.
- mengurangi temperatur tanah, infiltrasi air yang lebih cepat dan mengurangi aliran permukaan.
- merangsang berkembangnya tumbuhan/hewan mikro dan makro pada tanah.
- menyediakan N hasil fiksasi N2 dari udara ( < 3000 kg N/ha/tahun) - pengendalian hama (menghambat kumbang badak berkembang biak pada batang sawit yang tumbang) - pengendalian gulma akibat adanya kompetisi dengan LCC (legominosa cover crop) Stek susu (grifting) adalah stek bagian tanaman yang tidak dipisah atau dipotong dari tanaman induknya. Stek dilakukan dari leguminosa yang tumbuh di dekat pembibitan. Kegiatan dimulai dengan mencari sulur tanaman Mucuna yang agak dewasa dan panjang. Sulur dekat buku di tekuk 4-5 kali tekukan lalu ditanam ke dalam polibeg yang telah diisi tanah. Sistem ini dinamakan stek susu (grifting). Stek dapat dipanen atau dipindahkan ke polibeg yang lebih besar setelah berumur 30 hari. Gambar 8. Perbanyakan Stek susu(kanan), perbanyakan dengan pembibitan pada polibeg kecil Sumber : Foto langsung B. Pengendalian hama dan penyakit (pest and disease) Di PT. Kerasaan Indonesia hama utama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit yaitu: ulat api (Setothosea asigna), tikus, kumbang badak (Oryctes rhenoceros) dan penyakit busuk batang (Ganoderma). Serangan hama dan penyakit ini merugikan perusahaan sehingga dilakukan pengendalian. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan antara lain: A. Hama 1. Ulat api (Setothosea asigna) a. Kegiatan Sensus Setothosea asigna di Block H 9-10 Kegiatan sensus adalah suatu kegiatan pendahuluan untuk menentukan langkah pengendalian hama di lapangan. Penentuan pohon sampel pertama ditentukan yaitu baris keempat dan pohon keempat dari salah satu sudut blok. Sampel daun yang diambil dalam sensus ini adalah daun ke-9 daun yang dipotong dibalikkan lalu dihitung jumlah ulat api yang ada dipelepah daun untuk menentukan pohon sampel selanjutnya di hitung 10 baris dari sampel 1 dan untuk sampel berikutnya 15 baris dari sampel 3. Hasilnya dicatat pada formulir sensus (dapat dilihat pada lampiran 5) Apabila dititik sampel ditemukan larva kecil maka pengendalian dilakukan seminggu setelah sensus. Jika larva berukuran sedang dan besar maka pengendalian dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari pembentukan kokon. b. Kegiatan pengendalian Setothosea asigna dengan fogging Pengasapan (Fogging) bertujuan untuk mengendalikan ulat api dan ulat kantong. Kegiatan pengendalian Setothosea asigna yang dilakukan di perkebunan adalah dengan metode fogging yang dilakukan pada malam hari sekitar pukul 18.00 sampai dengan selesai hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian. Adapun insektisida yang digunakan adalah Delkis 25 EC bahan aktif deltametrin 25 g/l, Besmur 200 AS bahan aktif poliosietilen alkileter 200 g/l dengan dosis 200 cc/ha, dicampur dengan solar 50 l/ 80 ha dan emulgator 1,6 l/80 ha. Hasil pengendalian ini dapat dilihat setealah satu malam dimana larva ulat jatuh di bawah gawangan tanaman. Hal ini kurang sesuai dengan yang dikemukakan oleh wahyu (2004) yang menyatakan bahwa pengendalian kimia kurang efekti karena selain dapat merusak lingkungan juga akan dapat menyebabkan residu pestisida pada hasi produksi. a b Gbr. a) Larva yang jatuh akibat fogging b) Kokon yang terserang Cordyceps sp Sumber : Foto Langsung 2. Tikus Kegiatan pemasangan racun tikus klerat RMB Serangan tikus pada tanaman muda dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian tanaman tesebut sehingga perlu untuk dikendalikan. Kegiatan pengendalian hama tikus di Perkebunan PT.Kerasaan Indonesia adalah dengan menggunakan innsektisida klerat RMB bahan aktif bridivacum 0,005 %. Aplikasi diawali dengan dengan pengamatan gejala serangan di lapangan. Dalam aplikasi racun klerat harus menggunakan sarung tangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi pada klerat (mencegah efek jera umpan tikus) karena penciumannya yang sangat tajam. Klerat diletakkan dua potongan per pohon kelapa sawit jarak antara pohon kelapa terhadap potongan klerat ± 30 cm. peletakan batangan klerat diusahakan kearah gawangan mati. Pengendalian dengan klerat RMB sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purba, dkk. (2008) bahwa pengendalian tikus apabila populasinya tinggi maka perlu dilakukan pengendalian dengan umpan beracun seperti Klerat RMB dan Timin yang dipasang 1- 3 umpan per pohon. Gbr. Gejala Serangan Tikus Sumber : Foto Langsung 3. Kumbang badak (Oryctes rhinoceros ) Meskipun pestisida banyak mempunyai keuntungan seperti cepat menurunkan populasi hama, mudah penggunaannya dan menguntungkan secara ekonomi, namun dampak negatif penggunaan semakin lama semakin dirasakan masyarakat. Pengendalian O. Rhinoceros dengan feromon sintetik dapat menangkap O. rhinoceros dalam jumlah besar mencapai rata-rata 25 ekor/minggu pada satu perangkap. Secara hayati pengendalian O. rhinoceros dapat dilakukan dengan menggunakan M. Anisopliae dan Baculovirus oryctes (Untung, 2001) a. Kegiatan pengendalian Oryctes rhinoceros Dengan Marsahal 5 GR. Pengendalian hama kumbang badak di Perkebunan PT. Kerasaan Indonesia selain menggunakan feromon juga menggunakan insektisida butiran Marshal. Aplikasi Marshal 5 GR dengan bahan aktif Karbosulfan 5% dilakukan pada tanaman muda dengan interval 2 bulan sekali. Aplikasi dilakukan pada titik tumbuh tanaman dengan dosis 5 gr / pohon. Hasil aplikasi ini dapat dilihat setelah satu hari aplikasi. b. Pengendalian Oryctes rhinoceros dengan pemasangan perangkap feromon Kegiatan pemasangan perangkap dilakukan pada sore hari kira-kira pukul 17.00 hal ini bertujuan untuk efesiensi perangkap karena hama ini bersifat nokturnal. Pemasangan dilakukan dengan menggantungkan perangkap di gagangan kaleng perangkap. Gbr. Perangkap Oryctes rhinoceros Sumber ; Foto Langsung c. Pengamatan hasil pemasangan feromon Oryctes rhinoceros Pengamatan dialakukan pada pagi hari dengan cara menurunkan kaleng perangkap. Hama yang tertangkap dikumpulkan dalam satu stoples dan feromon diambil kembali. Dalam pengumpulan hasil ini Oryctes rhinoceros jantan dan betina dihitung. Pada pengamatan di PT. Kerasaan Indonesia hama yang paling banyak tertangkap adalah serangga betina B. Penyakit Kegiatan sensus Ganoderma sp Tahapan-tahapan kegiatan sensus Ganoderma di PT. Kerasaan Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Dihitung jumlah pokok dalam satu baris pada blok yang akan disensus 2. Dilakukan pemetaan pada kertas sensus Ganoderma (stiplem card) sesuai dengan jumlah pokok dan baris pada block tersebut. Contoh stiplem card Lampiran 6 3. Diberi warna pada keterangan kertas sensus Ganoderma (stiplem card) sesuai dengan skala serangan sebagai berikut : Skala 1 (diberikan warna hijau) dengan ciri-ciri : - Daun tombak 2 pelepah tidak terbuka - Belum terdapat badan buah (fruiting body) pada batang Skala 2 (dibubuhi warna kuning) dengan ciri-ciri - Terdapat satu badan buah ( fruiting body) pada batang tanaman - Daun tombak dua tidak membuka Skala 3 diberi warna merah dengan ciri-ciri - Terdapat daun tombak lebih dari dua - Jumlah fruiting body pada batang tanaman lebih dari satu Mati berdiri diberi tanda warna merah dengan garis ditengah dengan ciri - Batang tanaman sudah patah ditengah maupun pucuk - Tanaman tinggal daun tombak saja - Tanaman tidak mempunyai buah lagi 1. Pada salah satu sisi batang diberikan tanda sesuai dengan warna skala yang meliputi tahun dan bulan sensus X : Pohon yang telah terserang sesuai skala 07 : Bulan sensus 09 : Tahun sensus Penandaan warna juga dilakukan di lapangan pada pokok kelapa sawit sesuai dengan kondisinya di formulir sensus. Sensus dilakukan 1 tahun sekali. Sedangkan untuk pohon sisipan diberi tanda yang berbeda sesuai dengan tahun tanam sisipan. Tanda yang diberikan, yaitu: Warna biru diberi angka I untuk sisipan tahun tanam 2000-2004 Warna biru diberi angka II untuk sisipan tahun tanam 2005 Warna biru diberi angka III untuk sisipan tahun tanam 2006 Warna biru diberi angka IV untuk sisipan tahun tanam 2007 Warna biru diberi angka V untuk sisipan tahun tanam 2008 Gbr. Tanda skala Ganoderma Sumber : Foto Langsung Pengendalian penyakit Ganoderma boninense di PT. Kerasaan Indonesia sampai saat ini belum ada yang efektif. Pemakain jamur antagonis seperti Tricoderma masih dalam tahap percobaan. C. Perawatan (up keep) Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemeliharaan jalan serta pengendalian hama dan penyakit (Purba, dkk. 2008) 1. Pengendalian gulma di piringan (spraying circle) di Block B 11-12 Piringan pohon harus bebas dari gulma yang bertujuan untuk memudahkan pegumpulan brondolan dan meningkatkan efektifitas pemupukan. Pengendalian gulma di piringan pohon dapat dilakukan secara manual maupun secara kimia (Purba, dkk. 2008 ) Pengendalian gulma di piringan pohon di PT. Kerasaan Indonesia adalah dengan cara kimia. Alat-alat yang digunakan micron herby, knapsack dan bahan yang digunakan adalah herbisida Smart 486 AS bahan aktif Isopromina glisofat 486 gr/l, Metsul bahan aktif metil metsulfuron 24% sebagai bahan perekat (sistemik) yang mengandung gas Campuran herbisida yang digunakan di lapangan adalah 1 liter Smart bahan aktif Isopromina glisofat 486 gr/l dilarutkan dengan 1 liter air ditambah 20 gr Metsul bahan aktif metil metsulfuron 24% (Perekat) 1`dosis yang digunakan adalah 500 cc/ 5 liter air = 100 cc/liter air. Penyemprotan dilakukan secara Zig-zag dalam satu pasar pikul dengan sekali putaran setiap tanaman. Jarak antara nozzle dengan pokok kelapa sawit adalah sekitar 0,5 m dengan tinggi nozzle setinggi lutut. Volume semprot piringan (circle) adalah 5 l/± 170 piringan. Penyemprotan lalang dilakukan secara bersamaan jika ditemukan di gawangan mati. Interval penyemprotan adalah 1 kali dalam 3 bulan. Setelah satu minggu penyemprotan dilakukan monitoring ke lapangan guna melihat efektifitas herbisida yang dipakai. 2. Pengendalian Gulma Stenoclaena Gulma Stenoclaena merupakan gulma jenis pakis-pakisan yang sulit dikendalikan dan dapat tumbuh di batang sawit dan di tanah. Gulma ini dapat menghambat kegiatan panen dan merugikan bagi tanaman sehingga perlu dikendalikan. Keberadaan gulma ini hidup berkelompok dan terpisah-pisah sehingga penyemprotan dilakukan secara terpisah-pisah. Pengendalian Stenoclaena dilakukan secara kimia dan manual. Stenoclaena yang tumbuh di batang sawit dikendalikan secara manual menggunakan egrek (dilakukan pada saat pruning) dan yang tumbuh di tanah dikendalikan dengan kimia. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack dan herbisida yang digunakan herbisida kontak Gramoxone bahan aktif parakuat diklorida yang di campur dengan bahan perekat Metsul. Dosis dan konsentrasi sesuai dengan penyemprotan piringan tanaman menghasilkan. 3. Kegiatan penyemprotan piringan (spraying circle) Pada Tanaman Muda Penyemprotan pada piringan tanaman muda bertujuan untuk efektifitas pemupukan dan memudahkan proses kastrasi. Pengendalian gulma dipiringan tanaman muda di PT. Kerasaan Indonesia adalah dengan penggunaan herbisida smart. Herbisida yang digunakan adalah Smart 486 SL isopromina glisofat 486 gr/l dengan konsentrasi 110 cc/ 15 liter air dengan dosis 450 cc/ha. Penyemprotan dilakukan dengan diameter piringan 3 meter dilakukan berjalan biasa dengan sistem zig-zag volume semprot yang digunakan adalah adalah 75 l/ ha. 4. Kegiatan creeper weeding Kegiatan creeper weeding adalah kegiatan yang dilakukan pada tanaman muda untuk memotong tanaman yang menjalar atau melilit ke batang maupun daun tanaman seperti Mucuna sp. Kegiatan ini dilakukan pada tanaman muda satu kali dalam satu bulan 5. Pengendalian gulma anak kayu Selain gulma rambat dan pakis-pakisan terdapat juga gulma anak kayu yang dapat merugikan tanaman sawit dan menghambat kegiatan-kegiatan dalam kebun. Gulma ini dapat tumbuh di batang sawit dan di tanah keberadaannya terpisah-pisah, sehingga dalam pengendaliannya dilakukan terpisah-pisah. Pengendalian gulma anak kayu yang kecil yang tumbuh di tanah dilakukan dengan menggunakan alat cangkul. Pencangkulan anak kayu dilakukan secara terpisah-pisah. Semua tumbuhan anak kayu yang tumbuh pada areal tanaman kelapa sawit dicangkul mulai dari pinggir sampai gawangan mati. Pengendalian dilakukan 6 bulan sekali. Gambar 12. Pengendalian gulma anak kayu dengan menggunakan cangkul Sumber : Foto langsung Pengendalian anak kayu yang berukuran besar dan tumbuhnya di batang sawit dilakukan secara kimia. Alat yang digunakan adalah arit untuk melukai akar atau pangkal batang anak kayu, kuas utuk alat megoleskan herbisida, kayu dengan panjang 2 meter untuk gagang kuas dan pisau egrek, botol kemasan herbisida sebagai tempat herbisida. Herbisida yang digunakan adalah herbisida Garlon bahan aktif triklopir 480 g/l) dicampur dengan solar dengan perbandingan 1 : 20. Gambar 13. Akar gulma anak kayu yang telah dilukai (kiri) dan akar diolesi dengan herbisida (kanana) Sumber : Foto langsung Aplikasi dilakukan dengan mencari anak kayu yang yang terdapat di tanah atau menempel dan membelit tanaman kelapa sawit. Anak kayu yang terdapat di tanah dilukai keliling pangkal batang panjangnya + 10 cm dan untuk gulma yang terdapat di batang sawit yang dilukai adalah akarnya, setelah dilakukan pelukaan diolesi dengan herbisida. Pengamatan dilakukan 5 hari setelah aplikasi apakah tumbuhan tersebut mati atau tidak. 6. Pengendalian Banana (Pisang) dan Keladi Pisang dan keladi biasanya tumbuh di perkebunan kelapa sawit pada pinggiran aliran drainase. Tanaman ini tumbuh secara berkelompok disepanjang aliran drainase akibatnya dapat menghambat sistem drainase di kebun sehingga harus dikendalikan. Herbisida yang digunakan adalah Smart 486 AS bahan aktif isopromina glisofat 486 gr/l . Aplikasi dilakukan dengan merendam tusuk gigi selama 24 jam dalam Smart murni. Tujuannya adalah agar herbisida terserap oleh tusuk gigi tersebut. Tusuk gigi yang telah direndam ditusukkan pada keladi dekat pangkalnya sebanyak 3 tusuk/tanaman dengan ketinggian ± 10 cm dari pangkal batang. Sedangkan aplikasi pada pisang liar (Musa sp.) batang terlebih dahulu dipotong ± 15 cm lalu diolesi herbisida pada permukaan batang semu. 7. Pemupukan Tambahan (extra manuring) Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan berpotensi secara maksimal. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang sangat tergantung pada pemupukan untuk mencapai produksi yang tinggi, untuk itu perlu di beri pupuk tambahan (exstra manuring). Tujuan dari pemupukan tambahan adalah memberikan zat hara yang dibutuhkan tanaman dalam membangun jaringan akar, pembangunan tubuh tanaman , daun dan buah. Exstra manuring dilakukan 3 bulan setelah pemupukan utama. Pupuk yang digunakan Urea dengan dosis 300 g/pohon. Pupuk ditabur dengan menggunakan takaran (mangkok) yang isinya berukuran 300 g. Pupuk ditabur di sekeliling piringan kelapa sawit secara merata. Lokasi pemupukan dapat dilihat pada lampiran 7 Gbr. Cara Pemupukan Sumber : Fota langsung Jumlah total pupuk = dosis x Jumlah tanaman yang dipupuk. Setelah pemupukan goni diberi nomor untuk mencegah kehilangan pupuk di lapangan. 8. Pembersihan pelepah tua (prunning) Kegiatan prunning merupakan kegiatan pembuangan pelepah yang sudah tua baik pada tanaman belum menghasilkan (immature) maupun pada tanaman menghasilkan (mature). Pada tanaman muda prunning dilakukan pada saat pangkal tanaman telah besar. Prunning pada tanaman muda dilakukan untuk mempermudah pengutipan brondolan. Dalam pelaksanaan prunning pemotongan pelepah tetap pada sistem 2 songgo ( terdapat dua pelepah daun di bawah buah). Sedangkan pada tanaman tua prunning dilakukan biasanya bersamaan pada waktu panen 9. Perawatan jalan (up keep road) Perbaikan jalan bertujuan untuk mempertahankan agar proses pengangkutan hasil produksi kelapa sawit tetap melalui jalan produksi. Perawatan yang dilakukan antara lain membersihkan gulma yang tumbuh di jalan produksi dan pembuatan gorong-gorong Kegiatan ini dilakukan dengan bantuan JCB (bachoe loader) yang digunakan untuk mengorek tanah dalam pembuatan gorong-gorong. Gorong-gorong yang digunakan berdiameter 60 cm dengan diameter lubang 40 cm. Pembuatan gorong-gorong ini bertujuan untuk memperbaiki drainase air parit juga berfungsi untuk memperlancar transportasi produksi. D. Panen (Produksi) Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Panen buah harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kulaitas baik, brondolan bersih, buah tidak menginap sebelum ke pabrik (Purba, dkk. 2008) 1. Penentuan Kriteria Panen Penentuan kriteria panen bertujuan untuk mendapatkan rendeman yang diinginkan serta menghindari naiknya kadar asam lemak bebas (ALB) pada hasil panen kelapa sawit. Kriteria panen menurut PT. Kerasaan Indonesia adalah sistem 2 kali conmidol yaitu dalam 1 kg Fresh Fruit Bunches (FFB) terdapat 2 buah brondolan. Diharapkan brondolan adalah 10 % dari total FFB. Kriteria buah masak di PT. Kerasaan Indonesia dapat dilihat pada lampiran 8 2. Cara menentukan kriteria panen dilapangan Cara-cara menentukan kriteria panen di lapangan dilakukan a. Pada musim hujan bila terdapat sekitar 20 -30 biji brondolan di piringan maka panen dapat dilakukan b. Pada musim kemarau jumlah brondolan di piringan berkisar 30-40 biji Pada pemanenan di lapangan sering terjadi kehilangan hasil di lapangan yang disebabkan oleh adanya brondolan yang tertinggal di piringan maupun TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) 1 kg brondolan terdiri dari 50 – 60 biji sistem pemanenan yang dilakukan adalah sistem acak giring tetap. 3. Pelaksanaan Panen Dalam pelaksanaan pemanenan harus dipersiapkan terlebih dahulu alat-alat panen. Adapun alat-alat panen yang digunakan di PT. Kerasaan Indonesia adalah : Egrek tajam Bambu sebagai gagangan egrek Ganjur untuk alat bantu mengangkat Fresh Fruit Bunches (FFB) ke kampil Kampil adalah goni yang diikatkan pada sepeda yang berfungsi sebagai tempat buah Sepeda sebagai alat angkut Tali dan kampak untuk mengikat kampil dan memotong pelepah daun Cara Panen di devisi I Block B 6-10 Cara panen dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut ini Pelepah daun dipotong dekat ketiak daun yang terdapat di bawah buah masak Buah yang akan dipanen dipotong pada tangkai buah Pelepah daun dipotong menjadi tiga bagian dengan kampak dan ditumpukkan di sebelah tanaman yang baru dipanen (pada gawangan mati) Buah diangkat ke dalam kampil pakai ganjur (alat bantu mengangkat buah ke kampil) Berondolan pada piringan dikutip dan dimasukkan ke dalam karung goni Buah dan berondolan diangkut ke TPH dengan sepeda melalui pasar pikul Sebelum Fresh Fruit Bunches (FFB) disusun di TPH tangkai buah dipotong sehingga tangkai tinggal ± 1 inci dari buah a b Gbr. a) Cara Pelaksanaan Panen b)Pengangkutan ke TPH Sumber : Foto Langsung 4. Cara Penyusunan Fresh Fruit Bunches (FFB) di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) Buah yang baru dipanen akan diangkat ke TPH yang bertujuan mempermudah pengumpulan hasil oleh truk ke pabrik. Penyusunan FFB di TPH dilakukan sebagai berikut Penyusunan FFB di TPH dilakukan dengan sistem 5 FFB (janjangan) dalam satu baris, yang dilakukan untuk kemudahan menghitung janjangan oleh kerani Setelah FFB disusun pemanen memberi tanda penulisan nomor di permukaan pemotongan tangkai buah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil panen dari seseorang pemanen dan nama pemanennya Jika pada TPH tangkai buah ditandai dengan nomor dan terdapat garis bawah di bawahnya berarti pemanen bersifat FL (Free Labour) Gbr. Penyusunan FFB di TPH Sumber :Foto Langsung 5. Cara menentukan kelapa sawit yang siap di panen pada tanaman baru panen (new mature) Penentuan kelapa sawit yang siap panen pada new mature adalah sebagai berikut : a. Dilakukan pemeriksaan di lapangan oleh mandor setelah proses kastrasi berhenti b. Pemeriksaan buah di lapangan dilakukan secara acak c. Pemanenan new mature dilakukan setelah 60 % tanaman sampel sudah layak panen d. Layak panen pada new mature dapat dilihat jika terdapat 4-6 buah brondolan di piringan 6. Administrasi di Lapangan Administrasi di lapangan adalah kegiatan untuk mencatat hasil produksi di lapangan secara langsung. Administrasi di lapangan dilakukan oleh kerani, dengan menghitung jumlah tandan buah yang dipanen oleh masing-masing pemanen disetiap TPH. Jumlah berondolan juga dicatat dengan cara penaksiran berat berondolan yang dimasukkan ke dalam karung. Berat satu karung berondolan ± 30-40 kg. penaksiran berat brondolan menggunakan stik yaitu setiap 5 cm seberat 5 kg. Hasil panen yang diperoleh free labour dicatat pada hasil yang diperoleh oleh karyawan tetap Setelah kerani mencatat jumlah tanda buah dan berondolan yang dipanen oleh setiap pemanen selanjutnya dicatat totalnya dalam surat pengantar (SP) yang akan dibawa oleh supir truk ke POM (Palm Oil Mill). Kemudian ditimbang lagi di POM untuk dimasukkan ke dalam laporan produksi harian yang disetujui oleh Field Asistant (FA), Field Head Asistant (FHA), dan Estate Manager (EM) yang kemudian dibawa ke kantor. Contoh laporan adminisrtasi lapangan dapat dilihat lampiran 8 7. Administrasi Pengangkutan Administrasi pengangkutan bertujuan untuk mensikronisasikan administrasi di lapangan dan juga administrasi di pabrik kelapa sawit. Pengangkutan tandan buah dan berondolan yang telah dikumpulkan di TPH ditentukan oleh kerani. Pada TPH buah dimasukkan kedalam truk. Setelah mobil penuh maka kerani menghitung total tandan buah dan berondolan yang diangkut. Kerani juga mencatat apabila masih ada FFB yang tetinggal di TPH terakhir. Kemudian kerani membuat Surat Pengantar (SP) yang didalamnya dicatat jumlah FFB dan berondolan yang diangkut, nama sopir, kernet dan nomor polisi mobil. Kemudian ditandatangani kerani dan asisten devisi, Surat Pengantar ini dibuat rangkap tiga. Kemudian satu SP diserahkan kepada supir dan dua SP lagi tinggal pada kerani. Setelah mobil kembali dari Palm Oil Mill (POM) supir akan membawa kembali SP dan jumlah FFB harus sama. 8. Cara Menghitung Premi Pemanen Penghitungan premi pemanen bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi buah yang dipanen oleh pemanen dalam satu bulan serta menghitung total premi yang mereka dapatkan. Penghitungan premi pemanen dilakukan dengan tahapan berikut : 2. Dihitung jumlah produksi sebagai berikut Jumlah Produksi = Jumlah Tandan x Conmidol Tahun Tanam 3. Ditentukan standart borong berdasarkan rumus Jumlah standard borong = Jumlah HK (Hari Kerja) x Standar Borong tahun tanam 4. Dihitung Jumlah Produksi dibayar dengan rumus Jumlah Produksi Dibayar = Jumlah Produksi - (J. Brondolan + J. standar borong) 5. Premi di bayar dhitung dengan rumus Premi Dibayar = Jumlah produksi dibayar x Premi/Kg. Sistem premi yang digunakan di PT. Kerasaan Indonesia adalah sistem premi bertingkat, yaitu Tingkat I. = ≤ 200 Kg x Rp. 15,81 II. = 200-300 Kg x Rp. 23,72 III. = > 300 Kg x Rp. 31,62
Premi yang didapat oleh pemanen adalah total sebagai berikut
Total premi yang diterima = (J. Premi FFB + J. Premi Brondolan) – Denda
Jumlah premi brondolan adalah = Jumlah brondolan x Rp. 120,00 /kg
Sistem Pendendaan pada Pemanen
1. Panen buah mentah = Rp1000/tandan
2 Brondolan tidak dikutip = Rp 1000/hari
3. Buah masak tidak dipanen = Rp1000/tandan
4. Pelepah gantung dipohon atau dipotong
tidak mepet = Rp 250/pohon
5. Perumpukan pelepah tidak baik = Rp 500/perumpuk
6. Tangkai tandan buah panjang ( >1 inci) = Rp 50/tandan
7. Tidak mengikuti ancak dan tidak menyelesaikan
ancak = Rp1000/pemanen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hama dan penting di perkebunan PT. Kerasaan Indonesia adalah ulat api (Setothosea asigna), ulat kantong (Metisa plana) serta kumbang badak (Oryctes rhinoceros)
2. Penyakit penting di perkebunan PT. Kerasaan Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma boninense)
3. Pengendalian hama dan penyakit kelapa sawit di PT. Kerasaan Indonesia dilakukan secara kimia kecuali untuk hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros)
4. Feromon Oryctes rhinoceros lebih efektif untuk kumbang badak betina
5. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma boninense) di PT. Kerasaan Indonesia hingga saat ini belum dapat dikendalikan
Saran
Untuk menciptakan produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan PT. Kerasaan Indonesia disarankan untuk melaksankan konsep PHT (Pengelolaan Hama Terpadu). Seperti pada pengendalian hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Prima Tani, 2006. Kelapa Sawit. http://primatani.litbang.deptan.go.id Diakses 3 Agusutus 2009.
Purba, Razak. Akiyat, Edy Sigit Sutarta, Agus Sutanto, Amir Purba, Condro Utomo, Donald Siahaan, Edy Suprianto, Lukman Fadli, Rolettha, Sudharto, Winarna, Yurna Yenni, Sugiyono, Suroso Rahutomo. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf. Diakses pada 1 September 2009
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktifitas. Kanisius Yogyakarta.
Samhadi, H. S. 2006. Sawit dan Ambisi Nomor satu Dunia. Available at: http://www.kppu.go.id. Tanggal: 5 September 2009
Suroso I.A. Kudang B. S. dan P. Satriawan. 2003. Pengenbangan Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit. http://ipb.ac.id/docs/jma_online pdf_. Diakses pada 1 september 2009.
Susanto, A, R.Y. Purba dan C. Utomo, 2005. Penyakit-Penyakit infeksi Pada Kelapa Sawit. Buku 1, PPKS, Medan.
Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada Uiversity Press, Yokyakarta
Wahyu, 2004. Pemanfaatan Jamur Entomopatogen. Kanisius, Yogyakarta
Yanti, F dan Susanto. A, 2003. Cara Praktis Isolasi Tubuh Buah Ganoderma boninense Pada Medium PDA. http://www.info.pngopra.org.pg. Diakses 22 agustus 2009
hai blogger...
BalasHapusinfo yang menarik..kita jadi tau kelebihan dan manfaat tanaman - tanaman yang ada di sekitar kita..
salam kenal
eko@http://www.uad.ac.id
salam dari Malaysia,
BalasHapusPihak kami, Ancom Crop Care sedang melakukan ujian bersama MPOB untuk mengawal penyakit ganoderma ini pada pokok kelapa sawit, laporan progress (18 bulan) boleh dirujuk pada presentation Dr.Idris di http://www.slideshare.net/mgadafi/progress-report-18-months-efficacy-of-tetraconazole-to-control-ganoderma-infected-palms
baguss, kata-katanya mudah d pahami,
BalasHapus